KOMPAS.com – Badan Pusat Statistik ( BPS) melaporkan bahwa inflasi pada November 2025 tercatat terkendali. Hal ini menunjukkan stabilitas harga menjelang akhir tahun 2025.
Lebih lanjut, laporan tersebut menunjukkan inflasi bulanan tercatat sebesar 0,17 persen, sementara inflasi tahunan mencapai 2,72 persen, dan inflasi tahun kalender di angka 2,27 persen.
Angka tersebut menegaskan bahwa pergerakan harga di berbagai kelompok barang dan jasa masih berada dalam batas aman.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan, kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan nilai 1,21 persen. Kelompok ini memberikan andil inflasi sebesar 0,09 persen.
“Komoditas yang dominan mendorong inflasi kelompok ini adalah emas perhiasan yang memberikan andil inflasi sebesar 0,08 persen,” ujar Pudji saat konferensi pers di Jakarta, Senin (1/12/2025), seperti dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Selasa (2/12/2025).
Baca juga: Beras Catat Deflasi Terdalam Sejak Juni 2024, BPS Ungkap Penyebabnya
Kenaikan harga emas perhiasan yang dipengaruhi oleh pergerakan harga global, serta kenaikan pada komponen harga yang diatur pemerintah seperti tarif angkutan udara, berhasil diimbangi oleh penurunan harga di sektor pangan.
Beberapa komoditas pangan utama, seperti daging ayam ras, beras, dan cabai merah, justru mengalami deflasi (penurunan harga) dan menjadi penahan laju inflasi.
Tidak hanya itu, komoditas seperti telur ayam dan kentang juga mencatat penurunan harga, meskipun kontribusinya kecil.
Secara spesifik, BPS juga mencatat adanya penurunan rata-rata harga beras baik di tingkat penggilingan, grosir, maupun eceran, yang masing-masing turun 0,88 persen, 0,93 persen, dan 0,59 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
Kondisi tersebut sudah sama dengan dua bulan sebelumnya, di mana terjadi penurunan harga di setiap rantai pasok.
Menurut wilayah, secara bulanan tercatat 28 provinsi mengalami inflasi, dan 10 provinsi mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Papua, yaitu sebesar 1,69 persen. Sementara itu, deflasi terbesar terjadi di Aceh, yakni sebesar 0,67 persen.