Pertumbuhan Ekonomi RI Melebihi Ekspektasi, Hilirisasi Mineral Jadi Penopang

Kompas.com - 12/09/2025, 18:10 WIB
I Jalaludin S,
Dwinh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Di tengah ketidakpastian global dan dinamika politik, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat positif dan membawa harapan baik.

Badan Pusat Statistik ( BPS) mengumumkan, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,12 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal II-2025. 

Angka itu melampaui ekspektasi sejumlah kalangan ekonom yang memproyeksi pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,7 hingga 4,8 persen. 

Sebagai pembanding, pertumbuhan itu sejalan dengan capaian negara tetangga yang juga tumbuh positif, seperti Vietnam 8,0 persen, China 5,2 persen, dan Singapura 4,3 persen.

Selain konsumsi rumah tangga yang terjaga di kisaran 5 persen, pilar utama pertumbuhan itu adalah investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang tumbuh sekitar 7 persen.

Baca juga: BPS Prediksi Produksi Beras RI hingga Oktober 2025 Capai 31,04 Juta Ton

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Mohamad Edy Mahmud menyampaikan, peningkatan PMTB didorong oleh investasi pemerintah dan swasta.

Pada kuartal II-2025, PMTB atau investasi tumbuh 6,99 persen yoy. Angka ini lebih tinggi dibanding kuartal sebelumnya sebesar 2,12 persen yoy, dengan kontribusi 27,83 persen.

Sebagai perbandingan, pada kuartal II-2022 pertumbuhan PMTB tercatat 3,09 persen yoy. Angka ini naik menjadi 4,05 persen pada kuartal II-2023, berlanjut ke 4,42 persen pada kuartal II-2024, dan melonjak signifikan ke 6,99 persen yoy pada kuartal II-2025.

“PMTB ini tertinggi sejak kuartal II-2021 sebesar 7,50 persen yoy,” ungkap Edy, melansir kontan.co.id, Selasa (5/8/2025).

Hilirisasi mineral, katalis utama investasi

Sektor hilirisasi selama ini menjadi daya tarik pemerintah untuk menarik modal besar dari investor berjangka panjang, sekaligus memperbesar angka PMTB.

Baca juga: 14 dari 100 Pemuda di Depok Pengangguran, BPS Ungkap Penyebabnya

Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Perkasa Roeslani mengumumkan, total investasi di Indonesia terus menunjukkan tren positif.

Sepanjang paruh pertama 2025, total investasi sudah menyentuh angka Rp 942,9 triliun. Jumlah ini naik 13,6 persen dari periode yang sama pada 2024, sekaligus memenuhi hampir separuh dari target investasi pada 2025 yang sebesar Rp 1.905,6 triliun.

“Angka ini mencerminkan realisasi yang konkret, yang dampaknya tidak hanya terasa di sektor perekonomian, tetapi juga di berbagai aspek lainnya,” ungkap Rosan, melansir bkpm.go.id, Selasa (29/7/2025).

Salah satu kunci utama di balik pertumbuhan ini adalah kebijakan hilirisasi, termasuk di sektor mineral yang menjadi kontributor terbesar. 

Data Kementerian Investasi dan Hilirisasi menunjukkan, realisasi investasi hilirisasi semester I-2025 sebesar Rp 280,8 triliun, dengan sektor mineral menyumbang Rp 193,8 triliun.

Baca juga: Data BPS 2025: Surplus Perdagangan dan Lonjakan Ekspor Otomotif

Rinciannya, nikel masih menjadi tulang punggung dengan investasi mencapai Rp 94,1 triliun. Disusul tembaga Rp 40 triliun, bauksit Rp 27,7 triliun, besi baja Rp 21,5 triliun, dan timah Rp 3,5 triliun. 

"Kami juga melihatnya ini akan lebih meningkat lagi ke depannya," ujar Rosan, mengutip kontan.co.id, Selasa (29/7/2025).

Rosan menambahkan, hilirisasi nikel masih menjadi prioritas karena digunakan untuk mendorong peningkatan ekosistem kendaraan listrik (EV).

Untuk diketahui, pemerintah berencana membangun ekosistem nikel dari tambang hingga sel baterai dengan nilai proyek sekitar Rp 150 triliun yang akan ditujukan bagi industri EV. Oleh karena itu, investasi di sektor nikel diyakini akan terus mengalir.

Selain nikel, pemerintah juga berupaya meningkatkan hilirisasi bauksit, yakni mengubah alumina menjadi aluminium untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri serta mengurangi ketergantungan impor.

Baca juga: Data BPS: Masyarakat Indonesia Lebih Pilih Wisata Dalam Negeri daripada ke Luar Negeri

Di sisi lain, realisasi investasi tidak hanya terpusat di Jawa, tetapi juga menyebar ke daerah-daerah penghasil komoditas. 

Dua provinsi yang menjadi penggerak utama dalam proyek hilirisasi mineral, khususnya dalam pengolahan nikel adalah Sulawesi Tengah sebesar Rp 55,4 triliun untuk dan Maluku Utara sebesar Rp 33,9 triliun.

Jalan menarik investor

Realisasi investasi yang melonjak, terutama di sektor hilirisasi, bukan hanya sekadar angka. Pasalnya, investasi berdampak langsung pada penciptaan lapangan kerja. 

Pada triwulan II-2025, jumlah tenaga kerja langsung yang terserap mencapai 665.764 orang. 

Rosan menegaskan, pemerintah terus berupaya menarik investasi dari berbagai belahan dunia untuk menjaga tren positif tersebut.

Baca juga: BPS Perkirakan Produksi Beras Nasional Agustus-Oktober 2025 Bakal Capai 9,11 Juta Ton

Sementara itu, Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, investasi merupakan salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi saat ini.

"Hampir 30 persen dari pertumbuhan ekonomi Indonesia disumbang oleh investasi. Oleh sebab itu, hal ini menegaskan peran sentral investasi dalam menggerakkan roda perekonomian," ujarnya, mengutip bps.go.id, Jumat (25/4/2025).

Catatan BPS menunjukkan, lonjakan investasi PMTB, terutama di sektor mineral dan infrastruktur, mencerminkan kepercayaan investor dalam visi hilirisasi yang terarah.

Dalam hal ini, hilirisasi menjadi motor utama karena mampu menciptakan nilai tambah, membuka lapangan kerja, sekaligus menarik investor jangka panjang.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi 5,12 persen menunjukkan kebijakan hilirisasi yang konkret berdampak langsung pada kepercayaan dan realisasi modal besar.

Baca juga: Data BPS: Kunjungan Wisman Juli 2025 Capai 1,48 Juta, Terbesar dari Malaysia

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com