KOMPAS.com - Perekonomian Indonesia menunjukkan kinerja mengesankan pada paruh pertama 2025. Data resmi Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2025 mencapai 5,12 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Angka tersebut melampaui ekspektasi para ekonom yang memprediksi pertumbuhan di kisaran 4,7 hingga 4,8 persen. Capaian ini bahkan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I-2025 sebesar 4,87 persen yoy.
Konsumsi rumah tangga menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional dengan kontribusi sebesar 2,64 persen.
Pada triwulan II-2025, pertumbuhan konsumsi rumah tangga mencapai 4,97 persen, meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,93 persen.
Baca juga: Konsumsi Rumah Tangga Tumbuh, Sinyal Daya Beli Masyarakat Pulih?
Selain itu, konsumsi rumah tangga juga berkontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional hingga 54,25 persen.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud menyebut fenomena pergeseran (shifting) belanja menjadi salah satu faktor meningkatnya konsumsi rumah tangga pada periode ini.
Ia menilai, pergeseran pola konsumsi masyarakat dari belanja luar jaringan (luring) ke dalam jaringan (daring) berperan memperkuat konsumsi rumah tangga dan mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2025.
Generasi milenial (28-43 tahun) dan gen Z (12-27 tahun) memiliki peran besar dalam mengubah pola konsumsi masyarakat karena kedua generasi ini dikenal adaptif terhadap teknologi digital dan lebih nyaman melakukan transaksi daring.
Baca juga: Efisiensi Bikin Pola Konsumsi Masyarakat Kaltim Berubah, F&B Primadona
Salah satu alasan gen Z lebih memilih belanja daring adalah harga produk di e-commerce yang relatif jauh lebih murah dibandingkan di toko fisik.
Dinda (21), mahasiswi tingkat akhir, menjelaskan alasannya gemar berbelanja secara daring dibanding luring.
“Aku ke mal dulu buat lihat barangnya langsung. Tapi, tetap belinya di e-commerce karena harganya jauh lebih murah,” ujarnya, seperti dikutip Kompas.com, Kamis (4/9/2025).
Sebelum melakukan pembelian di e-commerce, Dinda melakukan riset terlebih dahulu di mal untuk memastikan kualitas produk yang akan dibeli.
Baca juga: Bukan Gegara Rojali-Rohana, Mal Sepi karena Konsumen Beralih ke E-commerce
“Kalau belanja online kan kadang kita enggak tahu barangnya kayak apa. Tapi, kalau sudah lihat fisiknya, bisa lebih yakin, baru deh beli online. Soalnya selisih harganya lumayan jauh,” jelasnya.
Kebiasaan Dinda tersebut dikenal dengan fenomena rombongan jarang beli (Rojali), rombongan hanya nanya (Rohana), dan rombongan hanya mengelus (Rohalus), yang ramai diperbincangkan di media sosial dalam beberapa bulan terakhir.
Fenomena tersebut merujuk pada pengunjung mal yang berjalan-jalan, masuk ke toko, dan mencoba barang, tetapi tidak melakukan transaksi.
Rani (22) dan Roshi (25), karyawan swasta asal Malang, juga mengaku melakukan hal serupa. Mereka mengunjungi mal untuk melihat kondisi barang, lalu mencatatnya untuk dibeli secara daring ketika ada rezeki.
Baca juga: Rojali, Rohana, Rohalus: Daya Beli Melemah atau Gaya Belanja Berubah?
Sejalan dengan tingginya minat masyarakat untuk berbelanja secara daring, Bank Indonesia (BI) mencatat total transaksi e-commerce sebesar Rp 44,4 triliun pada Juli 2025. Angka ini meningkat 6,41 persen yoy dan tumbuh 2,32 persen dibanding bulan sebelumnya.
Seiring dengan meningkatnya transaksi digital, BI melaporkan bahwa pembayaran digital pada triwulan II-2025 tumbuh 30,51 persen yoy mencapai 11,67 miliar transaksi. Faktor utamanya adalah penilaian masyarakat bahwa pembayaran digital lebih praktis, aman, dan nyaman.
Pada akhirnya, pergeseran pola konsumsi masyarakat mendorong peningkatan pembayaran digital yang turut mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Baca juga: Pembayaran Digital Transportasi Publik Meningkat 19 Persen
Selain dipengaruhi oleh pergeseran pola belanja masyarakat, BPS mengungkapkan bahwa konsumsi rumah tangga juga tumbuh seiring meningkatnya belanja kebutuhan primer dan mobilitas rumah tangga.
Pasalnya, kuartal II-2025 bertepatan dengan periode libur sekolah dan hari besar keagamaan, seperti Idul Fitri, Waisak, Kenaikan Isa Almasih, dan Idul Adha.
Alhasil, kebutuhan bahan pangan mentah dan makanan olahan meningkat untuk menunjang aktivitas pariwisata selama periode liburan.
Selama liburan, melonjaknya mobilitas masyarakat ikut mendongkrak konsumsi di sektor transportasi dan restoran.
Baca juga: Menko Airlangga: Mobilitas Masyarakat Dorong Konsumsi dan Wisata