TANGERANG, KOMPAS.com – Di salah satu sudut keramaian Trade Expo Indonesia (TEI) 2025, di ICE BSD, Tangerang, Banten, tercium aroma kopi dan wangi cokelat yang khas. Rupanya aroma ini berasal dari dua stan usaha kecil menengah ( UKM) asal Indonesia yang telah mampu berbicara di panggung dunia.
Mereka adalah PT Mandala Prima Makmur dan PT Bima Tikhe Berkat—dua UMKM binaan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia ( LPEI) atau Indonesia Eximbank.
Bagi Direktur PT Mandala Prima Makmur Susi Julianti, perjalanan panjang usahanya berawal dari mimpi sederhana, yakni menghadirkan olahan kakao khas Indonesia ke meja dunia.
“Semua dimulai pada 2001, dari skala kecil, bahkan bisa dibilang rumahan,” kenangnya saat ditemui di TEI 2025, di ICE BSD, Tangerang, Banten, Kamis (16/10/2025).
Namun, dari skala kecil itulah, Mandala Prima Makmur tumbuh menjadi eksportir produk olahan kakao yang kini rutin menembus pasar Mesir, Turki, Aljazair, dan Bangladesh. Produk unggulannya, cocoa powder, menjadi salah satu primadona ekspor yang mewakili kualitas kakao Indonesia.
Baca juga: Bersama LPEI, UMKM Asal Payakumbuh Ini Semakin Siap Go Global
Langkah perusahaan untuk menembus pasar ekspor dimulai pada 2019. Saat itu, Susi memberanikan diri mengikuti berbagai pameran internasional dengan dukungan LPEI. Dari ajang-ajang itulah, pintu ekspor terbuka lebar.
“Setiap kali ikut pameran, selalu ada hasil. Kami bisa bertemu buyer, menandatangani MoU, dan akhirnya punya kontrak berkelanjutan,” ujar Susi.
Susi menyatakan, kunci sukses Mandala Prima Makmur, bukan semata pada produk, melainkan kepercayaan dan konsistensi.
“Kita jangan cuma jualan, melainkan juga jadi teman dan problem solver bagi pembeli. Kalau ada masalah, jangan kabur. Cari solusi bersama,” tuturnya.
Ia percaya bahwa hubungan jangka panjang dengan mitra luar negeri hanya bisa dibangun lewat integritas dan kualitas.
Menariknya, semua bahan baku kakao perusahaan tersebut berasal dari dalam negeri, terutama dari Sulawesi dan Sumatera. Meski sempat terkendala pasokan saat krisis kakao melanda, Susi tetap berkomitmen menjaga rantai pasok lokal.
Direktur PT Mandala Prima Makmur Susi Julianti memamerkan produk unggulannya, kakao, dalam Trade Expo Indonesia (TEI) 2025 yang digelar di ICE BSD, Tangerang, Kamis (16/10/2025).Dalam perjalanan ekspansinya, Mandala Prima Makmur tak berjalan sendirian. Dukungan LPEI menjadi faktor penting dalam pertumbuhan perusahaan. Melalui skema pembiayaan berbasis ekspor, LPEI membantu perusahaan memperkuat modal kerja dan menambah kapasitas produksi.
Baca juga: LPEI Optimis Ekspor Jakarta Tumbuh Pesat, Produk Manufaktur Jadi Andalan
Susi menjelaskan, salah satu bentuk dukungan nyata LPEI adalah dalam pembiayaan pengadaan mesin baru.
“Mesin itu meningkatkan kapasitas produksi kami dua hingga tiga kali lipat,” katanya.
Tak hanya itu, LPEI juga memberikan jaminan pembelian dan pemasangan mesin sehingga membuat perusahaan bisa fokus pada proses instalasi dan pengembangan kualitas produk.
“Kalau tanpa LPEI, mungkin kami tidak bisa tumbuh secepat ini,” ucapnya.
Selain aspek finansial, LPEI juga membantu membuka akses pasar melalui promosi dan pameran, serta menyediakan program pendampingan ekspor agar UMKM dapat memahami regulasi, logistik, dan strategi pemasaran global.
Di sudut lain arena TEI 2025, seorang perempuan juga tampak berbincang hangat dengan sejumlah buyer asing. Ia adalah Vera Victoria, pendiri PT Bima Tikhe Berkat, yang kini dikenal sebagai eksportir kopi serta kakao dengan jejak ekspor ke India, China, dan kawasan Timur Tengah.
Kisahnya bermula pada TEI 2016. Kala itu, Vera pertama kali membawa produk komoditas lokal ke pameran berskala internasional.
“Waktu itu belum banyak yang kenal kopi atau kakao Indonesia. Namun, dari pameran itu, saya tahu bahwa dunia tertarik dengan cita rasa Nusantara,” ujarnya.
Vera tak menampik bahwa jalan menuju pasar global tidak selalu mulus. Pandemi Covid-19 sempat menghentikan seluruh kegiatan ekspor. Petani mitra pun ikut terdampak karena penyerapan hasil panen yang anjlok.
“Saat itu, kami sempat vakum total. Tapi saya yakin, ini cuma jeda, bukan akhir,” kenang Vera.
Kebangkitan dimulai pada 2022 saat Bima Tikhe Berkat menjajaki pasar Turki—salah satu pengimpor kopi terbesar dunia. Di sana, Vera menghadapi tantangan berat berupa tarif impor hingga 35 persen. Meski begitu, semangatnya tak padam.
“Inilah pentingnya dukungan pemerintah dan lembaga seperti LPEI. Kami butuh kolaborasi agar produk Indonesia bisa lebih kompetitif,” tegasnya.
Berkat pelatihan dan pembinaan dari LPEI, Vera mendapatkan banyak pengetahuan baru tentang negosiasi dengan buyer, riset pasar, dan manajemen rantai pasok.
“Pelatihan yang dihadirkan bukan hanya teori. Kami juga belajar langsung dari pengalaman eksportir senior dan pendampingan praktis dari LPEI,” ujarnya.
Vera Victoria, pendiri PT Bima Tikhe Berkat, menjadi salah satu UMKM yang unjuk gigi pada Trade Expo Indonesia (TEI) 2025 yang digelar di ICE BSD, Tangerang, Kamis (16/10/2025).Kini, Bima Tikhe Berkat memiliki 10 buyer aktif dari berbagai negara dengan kontrak terbesar dari China senilai 200 metrik ton kopi per tahun. Ada pula kesepakatan terbaru dengan India senilai 500.000 dollar AS untuk produk kakao.
Vera melihat pasar Asia sebagai wilayah paling potensial.
“Kekuatan ekonomi sekarang ada di Asia, seperti China dan India, serta Timur Tengah. Pasar dekat, potensial, dan masih sangat terbuka,” ujarnya.
Baca juga: BUMDEs Binaan LPEI Sukses Ekspor Jahe Gajah ke Pasar Internasional
Kecintaan Vera pada kopi bukan hal baru. Ia adalah cucu seorang petani kopi di Medan. Dari warisan keluarga itu, ia belajar bahwa bisnis kopi bukan sekadar transaksi, tetapi penghormatan terhadap kerja keras petani.
Oleh karena itu, ia melibatkan petani dalam seluruh proses ekspor, mulai dari grading, pengemasan, hingga dokumentasi pengiriman.
“Saya ingin mereka tahu dan bangga bahwa hasil panennya bisa sampai ke luar negeri,” katanya.
Kini, produk Bima Tikhe Berkat tak hanya kopi, tetapi juga kakao dan turunan kelapa, seperti desiccated coconut yang diminati pasar Turki dan Timur Tengah.
Setiap kontainer kopi yang dikirim, katanya, bisa menghasilkan 1,8 juta cangkir espreso di pasar global. Angka ini dulunya hanya impian ketika ia masih menjual sachet kopi 10 gram di acara UMKM lokal.
Kisah sukses keduanya menjadi sorotan dalam TEI 2025. Di ajang ini, LPEI membawa 12 UKM binaan unggulan lainnya yang siap menembus pasar global dengan produk khas Indonesia.
Sejumlah UKM binaan LPEI berhasil menunjukkan kiprah gemilang di pasar global berkat inovasi dan ketekunan mereka mengangkat potensi lokal.
Baca juga: Dorong Pelaku Usaha Lokal Naik Kelas, LPEI Hadirkan 14 Mitra di TEI 2025
Dari Jawa Timur, PT Bunly Abadi Bersama menjadi contoh sukses lewat ekspor kacang mete ramah lingkungan ke Malaysia, Mesir, dan Australia. Mengusung konsep green industry, perusahaan ini menjaga keseimbangan antara produktivitas dan keberlanjutan lingkungan.
Sementara itu, dari Sumatera Utara, PT Kebaikan Alam Indonesia (ARAMU) memopulerkan jamu modern melalui produk minuman herbal berbasis bahan alami. Produk ini menandai kebangkitan industri herbal Indonesia di tingkat dunia.
Cerita inspiratif juga datang dari El’s Coffee Group asal Lampung yang sejak 1987 konsisten menjaga mutu biji kopi dan kini menembus pasar internasional. Begitu pula CV Kajiye Food, pengolah buah dan manisan lokal dengan merek SoKressh dan Kenyil, yang berawal dari dapur rumah tangga hingga kini dikenal luas di berbagai daerah.
Sebagai special mission vehicle (SMV) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), LPEI memiliki mandat khusus mendukung ekspor nasional. Dari sektor olahan rempah, PT Indo Tropikal Group sukses memasarkan permen jahe kunyah dan bubuk jahe ke mancanegara. Produk mereka menunjukkan bahwa cita rasa tradisional Indonesia tetap diminati dunia.
Di sisi lain, Makbul Indonesian Culinary dan Moonbitz (Oathentic) membuktikan bahwa inovasi kuliner nusantara bisa berjalan seiring dengan pemberdayaan perempuan dan gaya hidup sehat modern.
Baca juga: Gandeng Seniman Kain Tenun Ikat Alor, LPEI Berikan Pendampingan untuk Klaster Desa Devisa Tenun
Tak kalah menarik, kisah sukses juga datang dari Madu Pelawan Bangka yang kini dikenal hingga luar negeri karena keasliannya serta Mega Inovasi Organik (MIO) yang mengusung praktik pertanian berkelanjutan di berbagai wilayah Indonesia.
Bersama pelaku lain, seperti CV Kota Makmur, Sari Munik, dan Bali Pick Fresh, mereka menjadi wajah baru ekspor Indonesia—membawa cita rasa, aroma, dan nilai-nilai keberlanjutan lokal ke pasar dunia.
Kehadiran para pelaku usaha itu bukan sekadar pameran, melainkan bukti nyata transformasi UMKM Indonesia menuju kelas dunia.
Sebagai special mission vehicle (SMV) Kementerian Keuangan ( Kemenkeu), LPEI memiliki mandat khusus mendukung ekspor nasional. Melalui pembiayaan, penjaminan, dan asuransi ekspor, lembaga ini mendorong pelaku usaha, terutama UMKM, untuk berani menembus pasar nontradisional.
Baca juga: LPEI dan Pemprov Sumbar Teken MoU untuk Perkuat UMKM Berorientasi Ekspor
Selain itu, LPEI juga menjalankan program jasa konsultasi berupa pendampingan, pelatihan, dan inkubasi bisnis ekspor. Dalam setiap ajang internasional, seperti TEI, lembaga ini menjadi jembatan antara UMKM dan buyer global.
“Sebagai Export Credit Agency (ECA) dan Eximbank Indonesia, pelaku usaha berorientasi ekspor yang hadir di Trade Expo Indonesia 2025 dapat memanfaatkan berbagai produk dan layanan yang disediakan oleh LPEI,” kata Kepala Divisi Sekretariat Lembaga dan Hubungan Kelembagaan LPEI Dyza Rochadi dalam keterangan resminya, Rabu (15/10/2025).
Di antara deru percakapan dan transaksi di TEI 2025, semangat para pelaku UMKM binaan LPEI terasa kuat. Mereka bukan hanya menjual produk, melainkan juga membawa identitas Indonesia ke pasar dunia lewat rasa, aroma, dan nilai-nilai keberlanjutan.