KOMPAS.com - Jawa Tengah (Jateng) memiliki jumlah eksportir terbesar kelima di Indonesia dengan tidak hanya menjadi pusat produksi, tetapi juga motor penggerak ekonomi yang signifikan melalui sektor ekspor.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan,Jateng kini memiliki 2.261 eksportir dengan 1.897 eksportir memiliki nilai ekspor di bawah Rp 50 miliar, 296 eksportir dengan nilai ekspor Rp 50-500 miliar, dan 68 eksportir dengan nilai ekspor di atas Rp 500 miliar.
Merespons hal itu, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia ( LPEI) kembali menyelenggarakan pertemuan dengan eksportir unggulan Jateng dalam acara "LPEI Export Forum 2024" di Semarang, Jateng, Rabu (3/7/2024).
Direktur Pelaksana Pengembangan Bisnis LPEI Maqin U Norhadi mengatakan, forum tersebut bertujuan memperkuat kontribusi tersebut dan mendukung pertumbuhan eksportir di Jateng.
“LPEI mendukung peningkatan ekspor pelaku usaha dengan memberikan fasilitas, seperti business matching untuk memperluas akses ke buyer internasional, baik secara konvensional maupun digital,” katanya dalam siaran pers, Kamis (11/7/2024).
Baca juga: LPEI Perkuat Peran Eksportir Jawa Tengah lewat LPEI Export Forum 2024
Adapun tingginya jumlah eksportir tidak lepas dari peran penting para eksportir, khususnya eksportir dari kalangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Pada kesempatan itu, LPEI menjelaskan fasilitas dan dukungan LPEI kepada para pelaku UKM ekspor.
Salah satunya, para UKM Ekspor dapat memanfaatkan berbagai program Penugasan Khusus Ekspor (PKE) sesuai dengan profil/karakteristik ekspor yang ada.
Berbagai PKE itu, antara lain PKE UKM yang dirancang untuk UKM berorientasi ekspor, PKE Kawasan yang ditujukan untuk pasar tujuan negara nontradisional, dan PKE Trade Finance dengan skema transaksi trade.
Hingga Juni 2024, LPEI telah melakukan disbursement fasilitas PKE UKM hingga Rp 1.058 miliar untuk pangsa ekspor ke lebih dari 65 negara.
LPEI juga melakukan disbursement fasilitas PKE Kawasan sebesar Rp 4.247 miliar dengan ekspor lebih dari 40 negara dan PKE Trade Finance sebesar Rp 8.187 miliar dengan ekspor lebih dari 55 negara.
Baca juga: LPEI dan ASEI Perkuat Kerja Sama untuk Tingkatkan Daya Saing Ekspor UKM
Maqin mengatakan, LPEI berkomitmen membantu produk lokal Indonesia menembus pasar internasional dan mendorong berbagai komoditas Indonesia dapat berani mendunia.
Dukungan itu diwujudkan melalui Coaching Program for New Exporter (CPNE) dan Desa Devisa. LPEI juga terus melakukan pendampingan dan mencetak eksportir baru dan memperkuat ekosistem ekspor.
“LPEI tengah menyiapkan marketplace yang dirancang khusus untuk kemudahan dan ketersediaan pelayanan di dalam ekosistem ekspor yang diharapkan dapat mendorong pelaku usaha berorientasi ekspor untuk berani mendunia,” katanya.
Lebih lanjut Maqin menjelaskan, marketplace itu membantu UKM meningkatkan kinerja ekspor mereka dengan memanfaatkan informasi berbasis riset data dan teknologi digital dalam pengambilan keputusan mereka di bidang ekspor.
Sementara itu, Market Intelligence and Leads Management Chief Specialist LPEI Rini Satriani menganalisis pertumbuhan ekspor Jateng akan tetap stabil hingga 2025 yang didukung sejumlah produk unggulan.
Baca juga: Luncurkan Platform Digital, LPEI Mudahkan UKM Lakukan Ekspor
“Beberapa produk memiliki nilai peluang ekspor signifikan pada 2024, antara lain produk kayu diperkirakan mencapai nilai 2,20 miliar dollar Amerika Serikat (AS), produk furniture senilia 2,30 miliar dollar AS, dan minyak atsiri untuk beauty products yang diperkirakan mencapai nilai 1,40 miliar dollar AS,” ujarnya.
Untuk diketahui, distribusi ekspor Jateng didominasi beberapa komoditas utama, seperti pakaian dan aksesoris bukan rajutan (20,18 persen), serta pakaian dan aksesoris rajutan (12,24 persen).
Komoditas lainnya, yakni alas kaki (11,01 persen), kayu dan barang dari kayu (9,98 persen), serta perabotan, lampu, dan alat penerangan (7,20 persen).
Diversifikasi itu memperlihatkan kemampuan Jateng dalam memproduksi berbagai jenis produk yang diminati di pasar internasional.
AS menjadi negara tujuan ekspor terbesar bagi Jateng dengan kontribusi sebesar 30,43 persen, disusul oleh Tiongkok (7,66 persen), Jepang (6,51 persen), Singapura (6,49 persen), dan Belanda (5,6 persen).
Baca juga: LPEI Luncurkan Program CRDP untuk Putra-putri Terbaik yang Ingin Berkontribusi pada Ekspor Nasional
Selain itu, jumlah buyer yang bekerja sama dengan eksportir Jateng terus meningkat, dengan 22,25 persen di antaranya merupakan buyer yang loyal.
Hal tersebut menunjukkan hubungan perdagangan yang kuat antara Jateng dengan beberapa negara ekonomi terbesar di dunia dan kepercayaan dan buyer internasional terhadap produk Jateng.
Salah satu pelaku usaha yang telah memanfaatkan pembiayaan PKE LPEI adalah Margono Paper, yakni produsen fancy paper (kertas motif berwarna) dengan 90 persen produknya diekspor ke 50 negara di lima benua.
Pembiayaan PKE Kawasan dari LPEI membantu usaha Margono Paper mengembangkan bisnis dengan menambah negara tujuan ekspor ke negara-negara nontradisional.
Direktur Ekspor Margono Paper Ferianti Chandranta mengatakan, pihaknya membutuhkan tambahan modal kerja di tengah tingginya permintaan fancy paper di seluruh dunia.
Baca juga: Kian Digemari hingga Jadi Tren, LPEI Dorong Ekspor Produk Organik Indonesia agar Mendunia
Pandemi Covid-19 membuat pabrik fancy paper di Eropa dan China tutup. Hal ini membuka peluang bagi Margono Paper untuk ekspansi ekspor ke negara baru dan ekspor berkelanjutan.
“LPEI hadir dengan berbagai produk yang dapat membantu pelaku usaha berorientasi ekspor,” ungkapnya.
Ferianti menyebutkan, dukungan pembiayaan LPEI mampu meningkatkan daya saing perusahaan untuk menembus pasar global, termasuk ekspor ke negara-negara non tradisional.
“Dengan bunga yang sangat kompetitif, kami bisa memperlancar cash flow dan menambah modal untuk membeli bahan baku, yang pada akhirnya mendorong inovasi perusahaan dengan menambah variasi produk lain,” katanya.
Adapun forum bertema “Bedah Pasar Ekspor Produk Unggulan Jawa Tengah” itu diselenggarakan LPEI bekerja sama dengan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Bea Cukai Jateng, dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jateng.
Baca juga: LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada
Secara terpisah, LPEI juga menggelar pertemuan dengan pelaku UKM di Yogyakarta pada 6 Juli 2024.
Pertemuan itu dihadiri pengurus Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Jateng dan bertujuan mempersiapkan para pelaku UKM dan para eksportir masuk ke dalam platform digital yang sedang disiapkan LPEI.
Lewat terobosan teknologi digital itu, LPEI juga mendorong pelaku ekspor unggulan Jateng mengembangkan program pelatihan yang diperlukan.
Hasil penelitian itu diharapkan membantu para pembuat kebijakan dan regulator untuk menyempurnakan ekosistem ekspor UKM dan pihak terkait.
Hasil studi ini juga dapat diperluas ke negara-negara berkembang lainnya dengan struktur ekonomi dan sistem hukum yang serupa.
Baca juga: Desa Devisa Batik Aromaterapi Binaan LPEI Berhasil Ekspor ke Amerika