JAKARTA, KOMPAS.com – Sebagai salah satu Special Mission Vehicle (SMW) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia ( LPEI) atau Indonesia Eximbank mengemban mandat penting mendorong ekspor nasional.
Agar misi tersebut terwujud, LPEI tentu harus punya kinerja yang baik. LPEI merealisasikan dengan melakukan beragam transformasi internal.
Head of Compliance, HR & TO LPEI Wahyu P Wibowo menuturkan, sejak 2020, LPEI memang telah aktif menjalankan transformasi bersama Kemenkeu. Transformasi ini melibatkan perubahan model bisnis dan pengelolaan sumber daya manusia (SDM).
Bertolak dari persepsi umum tentang lembaga pemerintahan yang cenderung birokratis, LPEI mengadopsi pendekatan yang lebih dinamis. Transformasi budaya kerja ini mendorong munculnya sistem kerja baru, yaitu New Way of Working (X-WOW).
Wahyu menjelaskan, sistem tersebut memungkinkan karyawan untuk bekerja dari mana saja, baik di kantor maupun di luar kantor, dengan menggunakan teknologi digital. Selain itu, komunikasi antar tingkatan organisasi menjadi lebih lancar, dengan kebijakan open door dari direktur sebagai contoh nyata.
Penerapan X-WOW juga membuat karyawan bisa duduk berdampingan dengan direksi untuk meningkatkan komunikasi dan kolaborasi.
“Contohnya, ketika karyawan ingin bertemu dengan direksi. Pertemuan bisa dilakukan tanpa perlu membuat janji terlebih dahulu dengan sekretarisnya,” jelasnya saat ditemui Kompas.com di Kantor LPEI, Jakarta Selatan, Kamis (16/10/2023).
Saat ini, mayoritas pegawai LPEI berasal dari kalangan milenial dan generasi Z (Gen-Z) sehingga budaya kerja menjadi lebih terbuka, adaptif, dan demokratis.
Untuk mendukung budaya kerja yang lebih kolaboratif, terbuka, dan terus beradaptasi, pada 2022, LPEI menerapkan budaya kerja yang baru, yaitu Agile, Profesionalisme, Integritas, dan Kreatif (APIK).
Terdapat empat pilar yang menjadi landasan implementasi budaya itu, yaitu collaborative execution culture, performance driven culture, governance, risk and compliance (GRC) culture, dan learning culture.
Collaborative execution culture mengedepankan eksekusi dan kolaborasi, membangun budaya kerja yang mengutamakan kerja sama dan sinergi antarunit kerja. Adapun contoh realisasi pilar tersebut di antaranya kemampuan kolaborasi antar karyawan atau membentuk tim lintas fungsi untuk mengerjakan proyek-proyek strategis.
Sementara, performance driven culture mengedepankan kinerja dan penilaian kinerja secara obyektif sehingga budaya kerja yang terbangun didasari pada hasil kerja yang berkualitas.
Lalu, GRC culture membangun budaya kerja yang mengutamakan tata kelola yang baik dan kepatuhan terhadap peraturan.
Wahyu menyampaikan GRC menjadi hal penting yang diterapkan dalam lembaga keuangan, apalagi milik pemerintah. Namun, tidak semua orang bisa memahami dan menerapkannya.
Karena itu, LPEI terus mendorong penetrasi pemahaman GRC kepada karyawan. Dengan begitu, mereka bisa menerapkannya dengan lebih mudah.
“Penerapan GRC culture di LPEI sendiri pun terbilang strong, ketat. Karenanya, karyawan dengan latar belakang bankir kerap tidak kuat dengan aturan tersebut,” ucapnya.
Terakhir, learning culture mengedepankan pembaruan kapabilitas sesuai tren dan kebutuhan pasar melalui berbagai metode. Hal ini dikarenakan LPEI ingin membangun budaya kerja yang mengutamakan pembelajaran dan pengembangan diri.
Dengan demikian LPEI dapat terus beradaptasi dengan perubahan dan memberikan layanan yang terbaik kepada nasabah. LPEI aktif memberikan sharing knowledge, coaching and mentoring, serta pelatihan berbasis kompetensi kepada sumber daya manusia LPEI.
Atas upayanya itu, LPEI diganjar dua penghargaan bergengsi di ajang Stellar Workplace Award 2023, yaitu Stellar Workplace Recognition in Commitment dan Stellar Workplace Recognition in Satisfaction, pada pertengahan November 2023 lalu.
Kemenangan dalam Stellar Workplace Award 2023 tak lepas dari berbagai upaya transformasi yang dilakukan pihaknya selama ini.
Sebenarnya, prestasi tersebut bukan yang pertama bagi LPEI. Pada Stellar Award 2022, LPEI juga meraih penghargaan serupa. Ini menunjukkan bahwa LPEI konsisten dalam menjaga dan meningkatkan kualitas serta reputasi lembaga.
Alhasil, LPEI menjadi salah satu tempat kerja terbaik di Indonesia, menunjukkan LPEI berhasil menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan mendukung produktivitas karyawan.
Raihan itu lantas menjadi tonggak penting bagi perjalanan LPEI, terutama dalam mendukung proses transformasi bisnis dan mandat mendorong ekspor nasional.
LPEI sejak lama telah melakukan sejumlah upaya untuk mempertahankan reputasinya. Salah satunya, membangun hubungan yang kuat dengan karyawan melalui penguatan budaya kerja yang baik dan implementasi employer value propositions (EVP).
Adapun EVP adalah serangkaian nilai dan manfaat yang ditawarkan oleh suatu perusahaan kepada karyawannya. LPEI akan memastikan bahwa EVP tecermin dalam setiap aspek kehidupan karyawan, mulai dari saat perekrutan, pengembangan, manajemen kinerja, hingga retensi.
Upaya lain untuk mempertahankan hal tersebut juga dilakukan LPEI dengan mendorong budaya inovasi dan GRC. Dengan demikian, LPEI tetap kompetitif di ekosistem ekspor global. LPEI juga akan memperkuat kolaborasi dengan lembaga ekspor negara lain dan Kemenkeu melalui program secondment.
Tak berhenti sampai di situ, LPEI juga memperkuat keragaman, kesetaraan, dan inklusi. LPEI pun menghormati setiap individu, terlepas dari gender, suku, agama, ras, keterampilan, pengalaman, dan perspektif yang berbeda. Etika dan komunikasi yang berintegritas juga diterapkan dengan baik.
Segala misi mulia yang bertujuan untuk mendorong perekonomian Indonesia dan peningkatan kehidupan sosial masyarakat senantiasa digaungkan LPEI dalam berbagai bentuk publikasi. Ini menjadi langkah LPEI agar khalayak luas mengatahui kinerja di samping menjaga reputasi.