Gandeng Seniman Kain Tenun Ikat Alor, LPEI Berikan Pendampingan untuk Klaster Desa Devisa Tenun

Kompas.com - 31/10/2023, 21:37 WIB
Dwi NH,
A P Sari

Tim Redaksi

Mama Sariat Tole, seniman kain tenun ikat Alor di Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT).DOK. LPEI Mama Sariat Tole, seniman kain tenun ikat Alor di Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT).

KOMPAS.com – Lembaga Pembiayaan Ekspor (LPEI) atau Indonesia Eximbank memberdayakan Mama Sariat Tole, seniman kain tenun ikat Alor sebagai mentor untuk mendampingi para penenun di Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pendampingan yang diberikan itu khususnya dalam penggunaan pewarna dan benang alami agar kualitas kain tenun yang dihasilkan menjadi lebih baik dan halus.

"Dengan kualitas dan pewarna alami yang luar biasa, serta semangatnya dalam membagikan pengetahuannya, Mama Sariat adalah harta berharga bagi dunia seni tenun ikat Alor dan NTT," kata Eksekutif Divisi Jasa Konsultasi LPEI Anggi Kurniawan dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (31/10/2023).

Mengusung semangat kolaborasi #KemenkeuSatu, LPEI, PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero), dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT memberikan pendampingan dan pelatihan kepada klaster Desa Devisa Tenun.

Baca juga: Dari Songket hingga Tenun, Pertamina Buka Peluang Pasar bagi UMKM Wastra lewat TEI 2023

Klaster desa tersebut terdiri dari 495 orang penenun yang mayoritasnya adalah perempuan di 22 desa di NTT.

Dalam kolaborasi tersebut, LPEI bersama stakeholder terkait berperan sebagai inkubator dan akselerator ekspor untuk klaster tenun NTT.

"Kolaborasi ini menciptakan sinergi antara pelestari budaya dan upaya memajukan ekonomi NTT," ucap Anggi.

Baca juga: Bersama LPEI, UMKM Asal Payakumbuh Ini Semakin Siap Go Global

Ia mengungkapkan, LPEI membantu para penenun NTT untuk memperluas akses pasar ekspor produk tenun dan mempromosikan budaya Indonesia ke mancanegara.

Tak hanya itu, kata Anggi, LPEI juga memberikan pelatihan pengembangan produk, penguatan manajemen usaha, pendampingan peningkatan kapasitas produksi, dan memperluas akses pasar.

Alasan memilih Mama Sariat Tole

Untuk diketahui, Mama Sariat tinggal di kampung kecil bernama Kampung Hula yang terletak di pedalaman Pulau Alor, NTT. Daerah ini memiliki seni kain tenun ikat yang kaya akan tradisi dan keunikan budaya.

Baca juga: Festival Golo Curu di Ruteng NTT, Sajikan Keindahan dan Keunikan Budaya Manggarai

Mama Sariat adalah salah satu wanita yang telah mengabdikan hampir seluruh hidupnya untuk melestarikan dan memajukan seni tenun ikat khas Pulau Alor.

Dengan kemahiran dan tangan berbakatnya, Mama Sariat tidak pernah berhenti berusaha untuk melestarikan dan memajukan warisan seni tenun ikat khas Pulau Alor.

Dalam karya seninya, ia menghadirkan kain tenun ikat dengan benang kapas, pewarna alami, dan motif yang sangat khas.

Kain tenun ikat Mama Sariat begitu istimewa, karena ia menciptakan sendiri benang kapas dan pewarna alami yang tersedia dari kekayaan alam tempat kelahirannya.

Baca juga: Tips Merawat Pakaian dengan Pewarna Alami agar Tak Cepat Pudar

Ketika Mama Sariat berusia lima tahun, sang ibu, yakni Mama Peni, mulai mengajarkan seni tenun kepadanya.

Sejak saat itu, Mama Sariat terus mengembangkan keahlian dan menghasilkan inovasi dalam menjaga kualitas tenun ikat Alor.

Salah satu inovasi itu adalah penggunaan benang kapas berkualitas tinggi yang berasal dari pohon kapas yang ia tanam sendiri di kebun belakang rumahnya. Kapas kemudian dipintal menjadi benang dengan peralatan tradisional.

Untuk memastikan kain tenun ikat Alor memiliki warna khas, tahan lama dan berkualitas, Mama Sariat tidak menggunakan bahan pewarna kimia.

Baca juga: Zat Kimia dalam Makanan Bikin Kita Makan Berlebihan

Sebaliknya, ia dengan telaten mengolah pewarna alami dari bahan-bahan yang ditemukan di alam sekitarnya, seperti tinta cumi, rumput laut, getah jambu mete, daun kelor, nila, pinang, kunyit, akar mengkudu, dan banyak lagi.

Proses pewarnaan benang tersebut memakan waktu berminggu-minggu, dengan kesabaran dan ketekunan yang luar biasa. Ketelatenan Mama Sariat dengan pewarna alami ini membuahkan hasil yang luar biasa.

Pada 2013, Museum Rekor Indonesia (Muri) mencatat Mama Sariat sebagai pembuat warna alami terbanyak untuk kain tenun karena telah menciptakan lebih dari 200 pewarna alami untuk tenun ikat Alor.

"Benang kapas yang saya tanam sendiri menghasilkan benang pintalan yang kuat dan tebal, jauh lebih disukai oleh konsumen luar negeri, terutama di Jepang yang mencari kain dengan warna alami dan daya tahan yang baik,” kata Mama Sariat yang juga merupakan Ketua Kelompok Tenun Gunung Mako.

Baca juga: Kenapa Ada Lendir Seperti Benang di Mata? Kenali 5 Penyebabnya Berikut

Kualitas benang dan warna benang yang sempurna, lanjutnya, akan memudahkan penenun menghasilkan kain tenun berkualitas sesuai motif yang diinginkan.

Prestasi Mama Sariat yang mengesankan tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Ia telah diundang untuk memamerkan karyanya di 13 negara, termasuk Jepang dan Belanda.

Mama Sariat telah memberikan kontribusi besar dalam melestarikan budaya tenun ikat Alor. Saat ini, ia telah menjalani peran baru tidak hanya menenun, tetapi juga berbagi pengetahuannya kepada penenun lain, termasuk generasi muda.

Mama Sariat adalah contoh nyata dari seorang pelestari budaya yang berdedikasi dan seorang seniman yang membawa kehidupan ke dalam karya seni tangan yang luar biasa.

Terkini Lainnya
LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada
LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada
Ekspor Berkelanjutan
LPEI dan Pemprov Sumbar Berkolaborasi Tingkatkan Ekspor Produk-produk Daerah
LPEI dan Pemprov Sumbar Berkolaborasi Tingkatkan Ekspor Produk-produk Daerah
Ekspor Berkelanjutan
Transformasi LPEI untuk Dorong Ekspor Nasional dan Keberlanjutan
Transformasi LPEI untuk Dorong Ekspor Nasional dan Keberlanjutan
Ekspor Berkelanjutan
Buah Manis Upaya LPEI Ciptakan Lingkungan Kerja yang Baik
Buah Manis Upaya LPEI Ciptakan Lingkungan Kerja yang Baik
Ekspor Berkelanjutan
Ekspor Jatim Capai 20 Miliar Dollar AS, LPEI Gandeng Bank Jatim untuk Dongkrak Ekonomi RI
Ekspor Jatim Capai 20 Miliar Dollar AS, LPEI Gandeng Bank Jatim untuk Dongkrak Ekonomi RI
Ekspor Berkelanjutan
LPEI Terima 2 Penghargaan Stellar Award 2023, Bukti Komitmen Peningkatan Kualitas Lingkungan Kerja
LPEI Terima 2 Penghargaan Stellar Award 2023, Bukti Komitmen Peningkatan Kualitas Lingkungan Kerja
Ekspor Berkelanjutan
Gandeng Seniman Kain Tenun Ikat Alor, LPEI Berikan Pendampingan untuk Klaster Desa Devisa Tenun
Gandeng Seniman Kain Tenun Ikat Alor, LPEI Berikan Pendampingan untuk Klaster Desa Devisa Tenun
Ekspor Berkelanjutan
Bersama LPEI, UMKM Asal Payakumbuh Ini Semakin Siap Go Global
Bersama LPEI, UMKM Asal Payakumbuh Ini Semakin Siap Go Global
Ekspor Berkelanjutan
BUMDEs Binaan LPEI Sukses Ekspor Jahe Gajah ke Pasar Internasional
BUMDEs Binaan LPEI Sukses Ekspor Jahe Gajah ke Pasar Internasional
Ekspor Berkelanjutan
Hugo Inovasi, UKM Gula Kelapa Binaan LPEI Sukses Ekspor ke 10 Negara
Hugo Inovasi, UKM Gula Kelapa Binaan LPEI Sukses Ekspor ke 10 Negara
Ekspor Berkelanjutan
Bagikan artikel ini melalui
Oke