TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia ( LPEI) senantiasa berkomitmen mendukung usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk memperluas pasarnya lewat ekspor.
Hal itu dibuktikan dengan menghadirkan 15 UMKM binaannya ke Trade Expo Indonesia ( TEI) ke-38, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (19/10/2023). Salah satunya adalah Badan Usaha Milik Desa ( BUMDes) Sejahtera asal Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, dengan produk unggulan jahe gajah organik.
BUMDes yang berdiri sejak 2018 dan bergerak di bidang pertanian jahe itu merupakan salah satu contoh sukses dari program Desa Devisa yang diluncurkan oleh LPEI.
Desa Devisa adalah program pendampingan berbasis community development. Tujuannya, untuk meningkatkan kapasitas masyarakat lokal dan mengembangkan komoditas unggulan desa.
BUMDes Sejahtera sebenarnya memiliki banyak produk tani atau rempah, tapi yang diunggulkan jahe gajah. Hal ini dilakukan untuk membantu petani jahe di Desa Punjung dan sekitarnya.
Baca juga: Pertamina Ajak 30 UMKM Binaan ke TEI 2023 agar Tembus Pasar Internasional
Menurut pengurus BUMDes Sejahtera Alvin Midodo, petani jahe di daerah tersebut mengalami kesulitan menjual hasil panennya setelah pandemi Covid-19 berakhir.
"Setelah Covid-19 dinyatakan selesai, harga jahe anjlok. Bahkan, petani yang menanam jahe di sekitar tanaman tahunan merasa kesulitan karena tidak bisa menjual. Dijual pun enggak laku," kata Alvin kepada Kompas.com, Kamis.
Untuk mengatasi masalah ini, BUMDes Sejahtera mengenalkan jenis jahe baru kepada petani, yaitu jahe gajah. Tanaman ini memiliki bentuk lebih besar ketimbang jahe emprit dan diminati oleh pasar internasional, terutama di India, Bangladesh, dan Pakistan.
Dari inovasi itu, petani jahe setempat mendapatkan peningkatan pendapatan cukup signifikan. Pasalnya, harga jahe emprit di pasaran hanya Rp 2.500-Rp3.000 per kilogram (kg). Sementara, jahe gajah bisa mencapai Rp 12.000 per kg.
BUMDes Sejahtera sebenarnya sudah memfasilitasi penjualan jahe gajah dari petani kepada perusahaan yang sudah memiliki jaringan ekspor sejak 2021 sebelum mengenal LPEI. Namun, badan usaha ini tidak puas hanya menjadi pengepul. Mereka ingin bisa melakukan ekspor sendiri dengan bantuan LPEI.
Baca juga: UMKM Pertamina Berhasil Raih Transaksi hingga Rp 2,4 Miliar pada Inacraft 2023
"Kami mengajukan proposal ke LPEI. Alhamdulillah, direspons dan mendapat pendampingan untuk kegiatan ekspor. Hal ini sesuatu yang sangat membahagiakan bagi kami," ungkap Alvin.
Dengan adanya pendampingan dari LPEI, BUMDes Sejahtera berharap bisa meningkatkan kesejahteraan petani jahe di daerahnya. Selain itu, mereka juga ingin memperkenalkan produk jahe gajah Indonesia ke dunia.
"Harapannya, kami bisa ekspor sendiri karena sebelumnya kami penyuplai. Selain itu, panen jahe gajah diharapkan bisa terlaksana tahun depan,” tutur Alvin.
Alvin menambahkan bahwa jahe gajah bukanlah tanaman utama bagi petani di daerahnya. Tanaman utama tetaplah padi, singkong, dan ubi jalar. Namun, dengan menanam jahe gajah secara baik di lahan pekarangan, petani bisa mendapatkan penghasilan tambahan.
"Produktivitas masyarakat meningkat, terus harga jual (jahe) juga lebih tinggi. Kami berusaha sendiri dengan LPEI, sangat berterima kasih. Karena kita selama ini sudah difasilitasi, sudah didampingi," kata Alvin.
Salah satu fasilitasi yang diberikan oleh LPEI adalah pelatihan manajemen organisasi dan keuangan bagi BUMDes Sejahtera. Selain itu, mereka juga mendapatkan penjelasan tentang alur proses ekspor dari Bea Cukai dan Kementerian Perdagangan.
Baca juga: UMKM Pertamina Sasar Pasar Global Lewat SME’s HUB ASEAN SUMMIT 2023
"Kami jadi punya gambaran, oh ternyata proses ekspor tidak sesulit yang dibayangkan. Intinya, produknya siap, pasarnya siap, buyer-nya siap. Nanti, mereka yang akan fasilitasi untuk proses go internasional,” jelas Alvin.
BUMDes Sejahtera juga berharap mendapatkan pembiayaan dari LPEI untuk mengembangkan usahanya. Mereka ingin meningkatkan nilai tambah produk jahe gajah dengan mengolahnya menjadi produk olahan, seperti jahe instan dan sirup jahe. Selain itu, mereka juga ingin menjangkau pasar-pasar baru di negara-negara lain, seperti Korea dan China.
"Kami ingin masuk ke Korea dan China sehingga tidak melulu ke Bangladesh dan sebagainya,” kata Alvin.
Terkait program Desa Devisa, ia menyampaikan, program tersebut sangat bermanfaat karena memberikan ilmu dan wawasan tentang cara memasarkan produk. Sebelumnya, BUMDes Sejahtera tidak tahu cara mencari pembeli dan melakukan ekspor secara langsung.
"Kalau memproduksi jahe saja bisa, meski tidak mudah. Kesulitan kami adalah penjualan. Saat Program Desa Devisa masuk, kami jadi dapat wawasan bagaimana caranya memasarkan produk. Ke mana arah yang bisa dituju,” terangnya.
Selama dua hari hadir di acara TEI ke-38, BUMDes Sejahtera mendapati sejumlah pembeli potensial. Salah satunya dari Bangladesh. Keduanya sudah saling bertukar kartu nama dan direncanakan bisa bekerja sama pada masa depan.
Baca juga: Beri Pendampingan UMKM, Pertamina Gelar Banjar Creative Bali
"Mereka (orang Bangladesh) tetap menyukai jahe gajah segar atau fresh ginger, ya. Bukan olahannya. Ini mungkin karena mereka di sana akan mengolah sendiri,” kata Alvin.
Alvin mengaku ingin terus belajar dan berkembang bersama dengan LPEI dan program Desa Devisa. Ia berharap, bisa mendapatkan pendampingan dan pembiayaan yang lebih banyak untuk meningkatkan usaha BUMDes Sejahtera.
"Pembiayaannya nanti akan kami gunakan untuk pembibitan, pendampingan petani, atau pengolahan, sehingga nilai produk meningkat. Bahkan, kalau kami bisa menambah produk olahan, nilainya lebih tinggi lagi,” kata Alvin.
Sebagai informasi, selain BUMDes Sejahtera, LPEI juga menghadirkan 14 UMKM binaan lain di TEI ke-38. UMKM tersebut, di antaranya Hugo Inovasi asal Kabupaten Banyumas dengan produk unggulan gula kelapa dan Unikayo asal Payakumbuh, Sumatera Barat, dengan produk unggulan bumbu rendang instan.
Adapun TEI ke-38 yang berlangsung sejak Rabu (18/10/2023) sampai Minggu (22/10/2023) diselenggarakan oleh Kemendag dan didukung oleh LPEI serta berbagai kementerian, badan usaha milik negara (BUMN), lembaga, dan asosiasi terkait.
Kepala Divisi Jasa Konsultasi LPEI Sofyan Irianto Naibaho menjelaskan, program Desa Devisa dirancang untuk memberikan pendampingan yang komprehensif dan berkelanjutan.
"LPEI sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI terus membuka lebar potensi ekspor komoditas unggulan daerah melalui program Desa Devisa. Melalui program ini, kami berkomitmen mewujudkan ekosistem ekspor yang berkelanjutan" ujar Sofyan.
Sofyan berharap, dukungan LPEI melalui Desa Devisa dan penyelenggaraan TEI ke-38 dapat segera membuka keran ekspor bagi komoditas jahe gajah asal Kabupaten Pacitan tersebut. Dengan begitu, tanaman ini dapat menembus pasar internasional.