TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com – Sebagai Special Mission Vehicle Kementerian Keuangan RI, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia ( LPEI) atau Indonesia Eximbank diberikan mandat untuk mendukung ekspor usaha mikro kecil dan menengah ( UMKM) agar akses pasarnya semakin luas.
Salah satu UMKM yang mendapatkan dukungan dari LPEI adalah Hugo Inovasi, sebuah perusahaan asal Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, yang bergerak di bidang produksi gula kelapa.
Awalnya, perusahaan yang berdiri sejak 2015 ini berfokus pada bidang konstruksi. Namun, pada 2019, memutuskan untuk menambah core business di gula kelapa. Ini dikarenakan sang pemilik, Astin Atsna, sudah memiliki pengalaman di bidang gula kelapa sejak 2012.
Astin menceritakan bahwa ia mulai bergiat di gula kelapa sejak 2012 dengan melakukan pendampingan dan pengorganisasian petani. Mulai 2015, ia menekuni bisnis tersebut dan memulai ekspor pada 2019.
“ Gula kelapa ini kami bermitra dengan petani-petani. Kami punya petani binaan, mungkin 600 sampai 1.000-an. Mereka kami dampingi dan berikan dukungan fasilitas, peralatan, dan lain sebagainya. Di mana dukungan tersebut harapannya bisa memberikan dampak positif ke petani,” ujar Astin kepada Kompas.com saat ditemui di Trade Expo Indonesia (TEI) ke-38, di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Bumi Serpong Damai (BSD) City, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (19/10/2023).
Baca juga: Potensi Ekspor Vanili Indonesia Kian Menjanjikan, Ini Paparan LPEI
Astin menjelaskan bahwa ia berusaha meningkatkan kualitas produk petani dengan diversifikasi produk. Dari nira kelapa, petani bisa membuat tiga jenis produk, yaitu gula cetak, gula kristal, dan gula cair.
“Perbedaan produk itu meningkatkan income mereka kurang lebih sekitar 30 persen. Dari gula cetak ke gula kristal. Nah, dari gula cetak ke gula cair itu lebih tinggi lagi. Meskipun bukan produk utama dan masih baru, kami coba carikan pasarnya. Saat ini, sudah berjalan meski kapasitasnya masih sedikit. Kalau untuk gula kelapa kristal, kami sudah cukup banyak,” tutur Astin.
Untuk menjaga kualitas produknya, Hugo Inovasi memiliki internal control system yang bertugas mengawasi proses produksi di tingkat petani. Selain itu, Hugo Inovasi juga mengorganisasi petani dalam kelompok-kelompok yang rutin melakukan pertemuan bulanan sebagai media belajar dan bersosialisasi.
Dengan produk-produk berkualitasnya, Hugo Inovasi berhasil menembus pasar ekspor ke berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Spanyol, Ghana, Inggris, Arab Saudi, Bahrain, Singapura, Korea Selatan, Hong Kong, Malaysia, dan Australia.
Baca juga: Tingkatkan Kapasitas Ekspor, LPEI Resmikan Desa Devisa Bulu Mata di Purworejo
Astin mengaku keberhasilan Hugo Inovasi mengekspor produk tak lepas dari peran LPEI. Selain membiayai ekspor, pinjaman dari LPEI juga bisa digunakan untuk modal kerja sehingga produksi dapat ditingkatkan dan permintaan pasar terpenuhi.
“LPEI itu sangat membantu kami dalam hal pembiayaan ekspor. Karena kami kan UMKM ya, jadi kadang ada kendala modal kerja untuk ekspor. Nah dengan adanya LPEI ini, kami bisa mendapatkan pinjaman dengan bunga rendah dan proses mudah,” Astin.
Astin juga menyebutkan bahwa perusahaannya merupakan salah satu peserta program Pembiayaan Khusus Ekspor (PKE) Usaha Kecil Menengah ( UKM) yang diinisiasi pemerintah.
Adapun peran LPEI dalam program PKE UKM difokuskan untuk mendukung peningkatan daya usaha pelaku UKM berorientasi ekspor. Melalui fasilitas pembiayaan ini, diharapkan dapat mengakomodir hambatan-hambatan yang dihadapi pelaku usaha UKM antara lain keberlangsungan usaha, mempertahankan karyawannya,
Astin bercerita, mengenal PKE pada 2020. Lewat program ini, ia mendapatkan banyak wawasan terkait bisnis dan ekspor dari LPEI dan Kementerian Perdagangan (Kemendag).
Baca juga: Genjot Ekspor Nasional, Bank BJB Jalin Kerja Sama dengan Indonesia Eximbank
Namun, ia mengaku sempat mengalami kesulitan dalam mengurus administrasi untuk mendapatkan PKE. Pasalnya, LPEI biasa menangani perusahaan-perusahaan besar yang sudah korporasi. Belum lagi, pengajuan PKE juga memakan waktu cukup lama dan melelahkan.
Meski begitu, Astin tetap berusaha untuk memenuhi persyaratan yang diminta.
“Agak berat di awal, tapi kami terus mencoba. Urusan bantuannya cair atau tidak, urusan nanti. Misalnya, saat itu tidak masuk program PKE, setidaknya saya mendapat pembelajaran yang berguna untuk perbaikan internal,” akunya.
Selain pembiayaan, ia melanjutkan, LPEI juga memberikan beragam pelatihan terkait cara membuat laporan keuangan yang baik. Hal ini yang pada akhirnya membuat Hugo Inovasi dapat meningkatkan kinerja keuangannya.
Baca juga: Ingin Sukses Jadi Eksportir Kerajinan? Simak Tips dari LPEI Ini
Lebih dari itu, LPEI juga mengikutsertakan Hugo Inovasi untuk pertama kalinya dalam pameran TEI yang merupakan ajang promosi produk ekspor Indonesia kepada buyer skala business-to-business (B2B) internasional.
“Harapan kami ke depannya adalah bisa terus meningkatkan kapasitas produksi dan memperluas pasar ekspor. Kami juga ingin terus memberdayakan petani gula kelapa di Indonesia agar mereka bisa hidup lebih sejahtera dan mandiri,” ujarnya.
Ia juga memberikan pesan bagi pelaku UMKM lain yang ingin ikut program PKE agar tidak minder dengan syarat-syarat yang diminta oleh LPEI. Sebab jika ada persyaratan yang kurang atau salah masih bisa dijalani dan diperbaiki.
“Intinya, ikuti saja. Kalau misalnya kurang, tinggal ditambahkan. Kalau misalnya salah, tinggal diperbaiki. Semudah itu,” ucapnya.
Sebagai informasi, selain Hugo Inovasi, LPEI juga menghadirkan 14 UMKM binaan lain di TEI ke-38. UMKM itu di antaranya BUMDes Sejahtera asal Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, dengan produk unggulan jahe gajah dan Unikayo asal Payakumbuh, Sumatera Barat, melalui produk unggulan bumbu rendang instan.
Adapun TEI ke-38 yang berlangsung sejak Rabu (18/10/2023) sampai Minggu (22/10/2023) diselenggarakan oleh Kemeterian Perdagangan (Kemendag) dan didukung oleh LPEI serta berbagai kementerian, badan usaha milik negara (BUMN), lembaga, serta asosiasi terkait.