KARAWANG, KOMPAS.com - Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Wihaji menginap di salah satu rumah warga di Kampung Cibogo, Dusun Kaum, Desa Mulyasari, Kecamatan Ciampel, Karawang, Jawa Barat, Rabu (4/12/2024).
Wihaji menginap bersama istri dan Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Wakil Kepala BKKBN Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka.
Ia mengatakan, dirinya menginap di rumah keluarga berisiko stunting (KRS), salah satunya rumah Ade Wijaya, adalah untuk menyerap aspirasi di masyarakat bawah.
Menteri Wihaji ingin tahu kondisi sesungguhnya keluarga-keluarga di wilayah tertentu sehingga bisa identifiaksi langsung salah satu penyebab stunting.
"Arahan Presiden, jangan banyak diskusi, seminar, lokakarya, tetapi turun ke lapangan dan selesaikan masalah. Negara harus hadir di tengah masyarakat," ujar Wihaji, yang sebelumnya melakukan dialog dengan siswa SMA yang tergabung dalam Generasi Berencana (GenRe).
Baca juga: Risiko Stunting dan Gangguan Pertumbuhan pada Bayi Alergi Susu Sapi
Sebelum menginap, Menteri Wihaji dan wakil menteri juga berkunjung ke tiga rumah yang dihuni lansia dan juga tiga rumah yang dihuni KRS.
"Kami ingin tahu kondisi sesungguhnya di lapangan. Nanti kita carikan orang tua asuh untuk mereka," ujar Wihaji.
Dalam kunjungan itu, Wihaji juga menyerahkan bingkisan kepada lansia dan KRS yang dikunjungi. Ia juga membagikan mukena dan sarung di salah satu masjid.
Untuk diketahui, Menteri Wihaji bersama wakil menteri direncanakan akan meluncurkan Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting) untuk Satu Juta Anak Indoensia di Karawang, Kamis (5/12/2024).
Wihaji menjelaskan tentang konsep Orang Tua Asuh Cegah Stunting, Gerakan ini bisa dilaksanakan oleh perorangan, korporasi hingga badan usaha milik negara (BUMN).
BKKBN, kata Wihaji, mempunyai empat menu dalam gerakan ini. Pertama, menu berkategori Nutrisi dan Non-Nutrisi.
" Yang nutrisi berarti kita siapkan ibu hamil untuk 1.000 hari kehidupan. Maksudnya adalah silakan jadi orang tua asuh selama dua tahun, mulai dari ibu hamil sampai anak berusia dua tahun. Karena itu masa kritis potensi stunting atau keluarga risiko stunting," terang Wihaji.
Kedua, kata Wihaji, Menu Air Bersih. Artinya perusahaan atau perorangan dapat menyumbang air bersih. Pemerintah akan menyiapkan lokasi berikut kebutuhannya.
Baca juga: Cegah Stunting, Ratusan Siswa SD di Bogor Diajak Kenali Manfaat Minum Susu
Selain itu, ada juga perbaikan rumah tidak layak huni (RTLH), sanitasi, dan jambanisasi. Sebab, salah satu penyebab stunting adalah rumah tidak punya sarana mandi cuci kakus (MCK) atau tidak punya jamban.
Adapun menu keempat ialah edukasi. Misalnya, kata Wihaji, ada yang ingin menjadi orang tua asuh, tetapi tidak bisa menyumbang uang, air, atau sanitasi. Maka pihak tersebut bisa melakukan edukasi.
"Nanti siapkan ibu-ibu, remaja, dan sebagainya untuk diedukasi. Jadi, ini orangnya, ini alamatnya, silakan diedukasi," ungkap Wihaji.