KOMPAS.com - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN) melakukan grand launching logo baru, Jumat (20/12/2024).
Acara tersebut diadakan di Lapangan Kantor Kemendukbangga/BKKBN dan dihadiri oleh aparatur sipil negara (ASN), mitra kerja, dan masyarakat sekitar.
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sekaligus Kepala BKKBN Dr H Wihaji SAg MPd mengatakan, perubahan BKKBN dari badan menjadi kementerian tentu diiringi pembaruan logo.
"Kami menyelenggarakan sayembara yang dinilai oleh para ahli, perguruan tinggi, dan pihak terkait. Hasil akhirnya adalah logo ini yang merepresentasikan semangat baru, kultur baru, dan identitas kementerian baru. Maka, hari ini secara resmi kami luncurkan,” ujar Wihaji dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (21/12/2024).
Rebranding logo baru, tambah Wihaji, mengikuti perubahan nomenklatur BKKBN menjadi Kemendukbangga/BKKBN. Ini berdasarakan Peraturan Presiden Nomor 180 dan 181 Tahun 2024.
Logo baru tersebut mencerminkan semangat dan komitmen dalam merefleksikan peran Kemendukbangga/BKKBN dalam memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM).
“Kami juga berperan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia sesuai dengan Asta Cita Presiden Nomor 4 dan 6 untuk mencapai Indonesia Emas 2045,” kata Wihaji.
Wihaji menambahkan, Kemendukbangga/BKKBN saat ini memiliki dua program utama, yakni melanjutkan dan menyempurnakan program sebelumnya.
Baca juga: Lewat “Oke Gas Magis Karimata”, BKKBN Kalbar Cegah Stunting di Kepulauan Karimata
"Program lama kami lanjutkan. Sementara, program baru kami buat quickwin. Kami memiliki lima quickwin. Salah satunya yang sudah kita laksanakan, yaitu Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting) untuk satu juta anak Indonesia," kata Wihaji.
Masih tingginya prevalensi stunting di Indonesia adalah salah satu permasalahan yang dihadapi pemerintah dalam mencapai Indonesia Emas 2045.
Berdasarkan SKI 2023, prevalensi stunting di Tanah Air tercatat berada di kisaran 21,5 persen. Angka ini hanya turun 0,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Persoalan stunting merupakan isu lama dan terus menjadi salah satu program pemerintah untuk dilaksanakan. Namun, tidak semua persoalan itu negara harus hadir, kata Wihaji.
"Maka, Kemendukbangga/BKKBN melibatkan masyarakat sekitar. Dalam hal ini program Genting yang tidak mengganggu APBN, tapi melibatkan stakeholder dan masyarakat melalui kolaborasi pentaheliks," ucap Wihaji.
Wihaji menjelaskan bahwa jajarannya telah mengundang, bekerja sama, dan menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mendukung program orangtua asuh dalam upaya pencegahan stunting.
Program tersebut terbuka bagi warga negara dan korporasi yang ingin terlibat. Anak-anak yang menjadi bagian dari program itu adalah yang berasal dari keluarga berisiko stunting (KRS) dengan jumlah mencapai 8,6 juta anak.
"Kami punya data mereka. Orangtua asuh boleh memilih empat menu, yakni asupan gizi, air bersih, rumah tidak layak huni (RTLH) dan sanitasi, srta edukasi yang bisa dilakukan oleh perguruan tinggi,” terang Wihaji.
Selain Genting, quickwin dari Kemendukbangga/BKKBN lain adalah Lansia Berdaya, Gerakan Ayah Teladan (GATE), Taman Asuh Anak (Tamasya) atau Daycare unggul di lembaga pemerintahan dan swasta, serta AI Super Apps tentang keluarga.
Baca juga: Pengukuhan Duta Orangtua Hebat Nasional, Upaya BKKBN Dorong Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Anak