KOMPAS.com - Tengkes atau stunting adalah kondisi tubuh yang pendek atau sangat pendek dengan tinggi badan yang berada di bawah minus dua standar deviasi (-2 SD) dari median panjang atau tinggi badan menurut usia.
Kondisi tersebut mencerminkan malnutrisi kronis. Akibatnya, anak jadi memerlukan waktu untuk pemulihan agar dapat mencapai tinggi badan normal sesuai usianya.
Menurut World Health Organization (WHO) dalam Global Nutrition Targets 2025, stunting dianggap sebagai gangguan pertumbuhan yang irreversibel.
Penyebab utamanya adalah asupan nutrisi yang tidak memadai serta infeksi berulang selama periode 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Masa ini merupakan periode kritis bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
1.000 HPK adalah masa 280 hari dalam kandungan dan 720 hari anak di luar kandungan, yakni masa kehamilan hingga anak berusia 23 bulan.
Momen tersebut merupakan periode kritis untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta organ anak, khususnya pertumbuhan dan perkembangan otak anak.
Nutrisi yang tidak baik dan infeksi berulang selama periode itu dapat mengakibatkan kondisi stunting.
Jika mengalami stunting, anak akan mengalami penurunan kemampuan belajar dan kurangnya produktivitas di masa dewasa. Anak juga jadi mudah terkena penyakit metabolik dan kardiovaskular pada saat dewasa nantinya.
Oleh karena itu, pemberian makanan bergizi pada ibu hamil sangat penting demi memastikan bahwa ibu dan janin mendapatkan nutrisi yang cukup untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan janin yang optimal.
Hal tersebut dapat menjamin ibu hamil tetap sehat dan siap untuk melahirkan dengan aman. Bayi yang dilahirkan juga tercukupi kebutuhan gizinya sehingga perkembangan kognitifnya akan optimal.
Anak-anak yang mendapatkan asupan gizi yang baik memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik juga.
Tak hanya itu, mereka juga memiliki energi yang cukup untuk belajar dan terhindar dari infeksi berulang. Hal ini tentu saja akan meningkatkan partisipasi dan performa anak di bangku sekolah.
Singkatnya, dengan terpenuhinya kebutuhan gizi ibu hamil dan anak-anak, risiko stunting dapat berkurang secara signifikan. Ini akan menghasilkan generasi yang sehat, cerdas, dan lebih produktif.
Baca juga: Wamendugbangga/BKKBM Pastikan Program Genting di Lampung Tepat Sasaran
Sebagai upaya pencegahan stunting, khususnya di Kalimantan Barat ( Kalbar), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Kalbar meluncurkan inovasi bernama Orientasi Keluarga Gerak Atasi Stunting dengan Makan Bergizi Gratis di Kepulauan Karimata (Oke Gas Magis Karimata).
Program tersebut hadir dengan mengintegrasikan berbagai kegiatan penting.
Dampak dari inovasi Oke Gas Magis Karimata diharapkan dapat mencegah stunting dari hulu, menciptakan kesadaran akan gizi dan pemberdayaan masyarakat dalam memanfaatkan sumber pangan lokal. Hal ini dapat menciptakan ketahanan pangan dan peningkatan ekonomi keluarga, peningkatan kualitas hidup, dan mendorong kewirausahaan.
Inovasi Oke Gas Magis Karimata juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi, mendorong praktik makan yang lebih baik, dan membangun kebiasaan sehat.
Kepala Perwakilan BKKBN Kalbar dr. Victor Palimbong M.K.M., AIFO-K mengatakan, program Oke Gas Magis Karimata selaras dengan visi besar Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045.
Sebagai informasi, pemerintah coba mewujudkan visi Indonesia Emas 2024 melalui berbagai langkah strategis, seperti 8 Misi Asta Cita, 17 Program Prioritas, dan 8 Program Hasil Terbaik Cepat.
Untuk Oke Gas Magis Karimata, program ini hadir dalam mendukung visi tersebut dengan mengimplementasikan tiga dari 8 Misi Asta Cita, dua dari 17 Program Prioritas, serta satu dari 8 Program Hasil Terbaik Cepat yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Program itu juga mengimplementasikan tiga dari lima quick win yang menjadi prioritas Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN Dr. H. Wihaji, S.Ag., M.Pd.
“Berkat itu, Oke Gas Magis Karimata tidak hanya jadi sebagai inovasi lokal yang relevan, tetapi juga sebagai upaya strategis yang berkontribusi langsung pada pencapaian agenda nasional menuju Indonesia Emas 2045,” ujar dokter Victor dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (21/12/2024).
Inovasi Oke Gas Magis Karimata, tambah dokter Victor, lahir dari kebutuhan untuk memberikan intervensi langsung terhadap masalah yang dirasakan masyarakat tanpa terjebak pada kegiatan seremonial semata.
Dengan pendekatan itu, hasil dari program Oke Gas Magis Karimata dapat langsung dirasakan oleh masyarakat yang membutuhkan sehingga menjadi tepat sasaran.
Menurut dokter Victor, Oke Gas Magis Karimata merupakan wujud nyata komitmen pemerintah dalam memberikan dampak positif bagi masyarakat, terutama di wilayah Kepulauan Karimata.
Salah satu fokus utamanya adalah pemberian makanan bergizi dan susu gratis di sekolah, serta bantuan gizi khusus untuk ibu hamil.
Program tersebut juga melibatkan pemberdayaan masyarakat dalam mengolah sumber pangan lokal berbasis protein dari hasil laut sebagai upaya menciptakan ketahanan pangan. Selain itu, edukasi tumbuh kembang anak melalui orientasi Kartu Kembang Anak (KKA) juga menjadi bagian penting dari rangkaian kegiatan itu.
Baca juga: Kemendukbangga/BKKBN Luncurkan Logo baru, Wihaji: Simbol Semangat Baru
Terkait pengimplementasian dua dari 17 Program Prioritas pemerintah, upaya ini bertujuan untuk menyiapkan generasi unggul bagi masa depan bangsa, khususnya di masyarakat pedesaan yang menghadapi berbagai kendala geografis.
Pendekatan tersebut mencerminkan kehadiran negara yang berkomitmen membangun dari desa sebagaimana tertuang dalam visi Asta Cita untuk mewujudkan Indonesia yang inklusif dan berdaya.
Strategi inovatif lainnya dalam program Oke Gas Magis Karimata adalah Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting).
Program itu fokus pada intervensi keluarga rentan demi mencegah stunting dari hulu. Dengan mengatasi penyebab stunting, baik yang bersifat spesifik maupun sensitif, program ini memanfaatkan semangat gotong-royong serta pelibatan mitra kerja yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia.
Kemudian, ada juga Gerakan Ayah Siaga (GAS) yang bertujuan mengoptimalkan peran ayah dalam mendukung tumbuh kembang anak sekaligus menjawab fenomena fatherless.
Terdapat pula Program Lansia Berdaya yang dirancang untuk memberdayakan lansia sesuai kapasitas dan kemampuan mereka sehingga mereka tetap produktif dan bermanfaat dalam masyarakat.
Baca juga: Lewat “Oke Gas Magis Karimata”, BKKBN Kalbar Cegah Stunting di Kepulauan Karimata
Semua inisiatif itu hadir untuk memperkuat komitmen pemerintah dalam memberikan solusi nyata di tengah masyarakat.
Lalu, ada Program Dapur Sehat Atasi Stunting (DAHSAT) sebagai solusi inovatif dalam memanfaatkan pangan lokal, khususnya dari hasil laut yang bernilai gizi tinggi.
Sumber daya laut diolah menjadi lumbung pangan yang menyediakan asupan bergizi bagi ibu hamil, anak di bawah dua tahun (baduta), dan anak-anak sekolah, dengan tujuan utama mencegah dan mengatasi stunting.
Tak hanya itu, masyarakat juga diarahkan untuk dapat mengolah sumber makanan laut untuk dijual dan dijadikan komoditas usaha ekonomi rumah tangga.
Hal tersebut dilakukan untuk mendorong kewirausahaan dan meningkatkan pendapatan keluarga demi ketahanan pangan
Seperti diketahui, wilayah kepulauan dan pesisir memiliki potensi sumber daya laut yang melimpah, seperti ikan dan hasil laut lainnya. Semuanya dapat dengan mudah diperoleh jika ekosistem alamnya terjaga dengan baik.
Baca juga: Pengukuhan Duta Orangtua Hebat Nasional, Upaya BKKBN Dorong Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Anak
Namun, potensi ini hanya bisa dimanfaatkan secara optimal jika lingkungan laut, termasuk terumbu karang, terlindungi dari kerusakan akibat aktivitas merusak seperti penggunaan pukat harimau atau jaring troll.
Oleh karena itu, keberlanjutan ekosistem laut menjadi kunci untuk mendukung Program DAHSAT dan menjamin ketersediaan sumber pangan lokal bergizi bagi masyarakat setempat.
Selain itu, Program Oke Gas Magis Karimata juga mencakup pelayanan gratis KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), dan pemberdayaan masyarakat memanfaatkan sumber pangan lokal untuk ketahanan pangan serta Edukasi Kesehatan Reproduksi, Gizi, Anemia dan Gerakan Ayah Siaga serta Lansia berdaya.