KOMPAS.com - Tantangan dan dinamika global terkait pangan, seperti perubahan iklim, gangguan pada rantai pasok dan distribusi pangan, food loss and waste, serta konflik geopolitik, menuntut adanya kerja sama dan kemitraan yang kuat di antara negara-negara.
Sebagai negara dengan potensi dan sumber daya pangan yang beragam, Indonesia berkomitmen untuk memperkuat ketahanan pangan global melalui berbagai inisiatif.
Menghadapi berbagai tantangan dunia saat ini, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) atau National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan bahwa Indonesia-Africa Forum (IAF) 2024 memiliki peran penting bagi Indonesia dan kawasan Afrika.
Forum tersebut, kata dia, berfokus pada berbagi pengalaman dan kolaborasi dalam bidang pangan, transformasi ekonomi, energi dan pertambangan, kesehatan, serta kerja sama pembangunan.
Baca juga: Modifikasi Cuaca demi Mengebut Pembangunan IKN
“Forum (IAF) ini akan memperkaya kita dengan ide-ide untuk merumuskan langkah strategis dan menghasilkan tindakan konkret dengan membuka serta memaksimalkan potensi kedua belah pihak,” ujar Arief dalam Diskusi Panel di IAF 2024, yang digelar di Nusa Dua, Bali, Selasa (3/9/2024).
Dalam forum yang dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan dari Indonesia dan Afrika tersebut, ia memaparkan bahwa Indonesia mendorong semangat kolaborasi untuk menciptakan sistem pangan yang tangguh, berkelanjutan, dan inklusif.
Arief mengungkapkan, Indonesia percaya bahwa kerja sama dan berbagi pengetahuan adalah kunci untuk mengatasi tantangan ketahanan pangan yang semakin kompleks.
“Melalui forum ini, kita dapat memperkuat sinergi antara Indonesia dan negara-negara Afrika dalam mencapai tujuan bersama untuk ketahanan pangan yang lebih kuat dan berkelanjutan," jelasnya.
Baca juga: Presiden Jokowi Terima Agricola Medal, Bapanas Terus Jaga Sinergi Ketahanan Pangan
Arief juga menguraikan beberapa potensi kerja sama di kawasan Asia-Afrika, khususnya dalam konteks pangan.
Fokus utamanya meliputi isu-isu, seperti penanganan food loss and waste, pembangunan pola pangan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman, serta pemetaan daerah rawan pangan.
"Berbagai aspek ketahanan pangan dapat dioptimalkan untuk memperkuat kerja sama di kawasan Asia dan Afrika, termasuk melalui transfer teknologi, peningkatan kapasitas, serta berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam isu pangan seperti penanganan food loss and waste dan daerah rawan pangan," tutur Arief.
Baca juga: Bapanas: 68 Kabupaten/Kota Rentan Rawan Pangan
Selain itu, menurut Arief, forum tersebut juga menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk memperkuat hubungan perdagangan dengan negara-negara Afrika, khususnya dalam bidang pangan dan agribisnis.
"Kami melihat potensi besar dalam memperluas pasar ekspor produk pangan Indonesia ke Afrika. Ini adalah peluang emas untuk menciptakan hubungan ekonomi yang saling menguntungkan sekaligus memperkuat ketahanan pangan kedua belah pihak," imbuhnya.
IAF 2024 bertujuan untuk memperkuat hubungan antara Indonesia dan negara-negara Afrika. Forum ini dihadiri oleh kepala negara, pejabat tinggi, dan pelaku bisnis dari berbagai negara di Afrika.
IAF 2024 menjadi wadah untuk dialog politik, kerja sama ekonomi, dan pertukaran budaya, yang menekankan pentingnya kerja sama antara Indonesia dan negara-negara Afrika sebagai bagian dari Global South, dengan tema "Bandung Spirit for Africa’s Agenda 2063".
Baca juga: Beri Arahan ke Nakes TNI yang Berangkat ke Palestina, Prabowo: Indonesia Harus Tunjukkan Solidaritas
Untuk diketahui, Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) secara resmi membuka perhelatan Indonesia-Africa Forum (IAF) 2024 dan High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF MSP), Senin (2/9/2024).
Dalam sambutannya, Jokowi mendorong terwujudnya semangat solidaritas antarnegara, serta menekankan pentingnya pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs).
Ia menegaskan bahwa target SDGs harus menjadi fokus utama pembangunan global, yang selaras dengan prioritas pembangunan nasional dan regional, termasuk Agenda 2063.
Baca juga: Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, Bamsoet: Kami Mengharap Kesinambungan Pembangunan Nasional
"Indonesia berkomitmen menjadi bagian dari solusi global, membela kepentingan Global South, serta menjadi bridge builder dalam memperjuangkan kesetaraan, keadilan, dan solidaritas untuk mempercepat pencapaian SDGs. Ini adalah komitmen yang telah diusung sejak Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955," jelas Jokowi.
Ia juga menyampaikan bahwa Indonesia siap bermitra dengan siapa pun, terutama dengan negara-negara di kawasan Afrika, yang merupakan kunci dalam agenda pembangunan global.
Jokowi mengungkapkan bahwa hasil kemitraan Indonesia-Afrika sejauh ini telah membawa peningkatan besar dalam volume perdagangan dan kesepakatan perjanjian perdagangan.
Baca juga: Warga Bali Diduga Jadi Korban Perdagangan Orang, Disiksa dan Dipaksa Kerja 15 Jam
Bahkan, pada IAF 2024, kesepakatan bisnis yang tercatat mencapai nilai 3,5 miliar dollar Amerika Serikat (AS). Nilai ini hampir enam kali lipat dari nilai yang dicapai pada penyelenggaraan IAF pertama pada 2018.