Presiden Jokowi Terima Agricola Medal, Bapanas Terus Jaga Sinergi Ketahanan Pangan

Kompas.com - 30/08/2024, 21:44 WIB
Inang Sh ,
A P Sari

Tim Redaksi

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi bersama Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dalam acara pemberian penghargaan Agricola Medal dari Food and Agriculture Organization (FAO) kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta, Jumat (30/8/2024). DOK. Humas Bapanas Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi bersama Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dalam acara pemberian penghargaan Agricola Medal dari Food and Agriculture Organization (FAO) kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta, Jumat (30/8/2024).

KOMPAS.com – Presiden Joko Widodo ( Jokowi) menerima penghargaan Agricola Medal dari Food and Agriculture Organization ( FAO). 

Penghargaan tersebut diberikan langsung Director General FAO Qu Dongyu di Istana Negara, Jakarta, Jumat (30/8/2024). 

Agricola Medal merupakan penghargaan pengakuan FAO atas kontribusi dan komitmen kepada tokoh-tokoh atau kepala negara yang dinilai memiliki upaya besar terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan dukungan luar biasa pada tujuan mendasar FAO dalam mencapai ketahanan pangan.

Jokowi mengatakan, penghargaan Agricola Medal tersebut dipersembahkan kepada seluruh petani dan masyarakat yang berkontribusi aktif dalam memperkuat sektor pertanian. 

“Program ketahanan pangan memang menjadi salah satu prioritas pemerintah karena Indonesia menyadari betul pentingnya kemandirian dan kedaulatan pangan, apalagi di tengah berbagai ketidakpastian dunia,” ujarnya dalam siaran persnya, Jumat.

Baca juga: Bapanas Siap Dukung Badan Gizi Nasional Eksekusi Program Makan Bergizi Gratis

Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional ( Bapanas)/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, penghargaan tersebut merupakan bukti bahwa Indonesia konsisten dalam upaya menjaga ketahanan pangan. 

Adapun penghargaan tersebut kembali diraih Indonesia setelah 39 lalu Presiden Soeharto mendapatkan penghargaan dari FAO Indonesia atas keberhasilan swasembada pangan.  

Arief menegaskan, semua pihak patut berbangga karena penghargaan Agricola Medal menunjukkan Jokowi konsisten memerangi kelaparan dan kemiskinan serta penguatan ketahanan pangan dan gizi masyarakat. 

“Ini bukti komitmen nyata dari pemerintah Indonesia dalam menggeber sektor pangan," ungkapnya.

Senada, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, penghargaan tersebut menjadi sejarah baru. Sebab, selama 10 tahun pemerintahan Jokowi, Indonesia juga pernah mencapai swasembada pangan.

Baca juga: Bapanas Luncurkan Genius 2024, Sinergi Menuju Generasi Emas 2045

Amran menyebutkan, dalam 10 pemerintahan Jokowi, Indonesia mampu swasembada pangan sempurna tanpa impor beras medium selama empat tahun, yakni 2017 hingga 2021. 

“Oleh karenanya, FAO memberikan penghargaan tertinggi di bidang pangan. Ini juga tidak lepas dari peran Pak Arief sebagai Kepala BPN dan jajaran di Kementerian Pertanian (Kementan), serta pemerintah daerah (pemda)," ujar Amran. 

Lebih lanjut, Arief mengungkapkan, kata kunci keberhasilan itu terletak pada sinergi kuat antara seluruh stakeholder terkait untuk membangun ketahanan pangan yang kuat. 

Dia menyebutkan, sinergi hulu hilir menjadi penting dalam membangun ekosistem ketahanan pangan yang kuat. 

“Jangan lupa fokus pada kesejahteraan petani, peternak, dan nelayan sebagai produsen pangan. Karena itu, Bapak Presiden tadi menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada petani di seluruh Indonesia," ujarnya. 

Baca juga: Tugas, Fungsi, dan Pegawai Deputi Kerawanan Gizi Bapanas Dialihkan ke Badan Gizi Nasional

Tantangan sektor pangan

Di tengah berbagai tantangan global, Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat inflasi terkendali di saat beberapa negara lain mengalami lonjakan inflasi yang signifikan. 

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan, inflasi secara tahunan pada Juli 2024 berada di angka 2,13 persen. Angka ini turun dari inflasi pada 2024 sebesar 2,84 persen.

Sementara itu, inflasi volatile food secara tahunan pada Juli 2024 sebesar 3,63 persen. Ini menurun dari bulan sebelumnya sebesar 5,96 persen. 

Dalam hal ini, beras menjadi salah satu komoditas penyumbang utama andil inflasi secara tahunan sebesar 0,47 persen. 

Kemudian, indeks nilai tukar petani (NTP) tetap terjaga di atas 100 persen. Pada Juli 2024, NTP bertumbuh positif 0,84 poin menjadi 119,61 dari bulan sebelumnya sebesar 118,77. 

Lalu, NTP subsektor tanaman pangan (NTPP) menjadi 108,32. Pemerintah juga berhasil menjaga indeks NTPP terus stabil di atas 100 poin sejak Oktober 2022.

Baca juga: Bapanas Jamin Penyaluran Bantuan Pangan Beras Tepat Sasaran

Hal positif juga dilihat dari laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), subsektor tanaman pangan pada triwulan II-2024 yang menorehkan angka tertinggi sebesar 69,09 secara kuarter jika dibandingkan subsektor lapangan usaha lainnya. 

Sementara itu, laju pertumbuhan secara tahunan, pertumbuhan subsektor tanaman pangan kembali positif menjadi 12,50 setelah pada triwulan sebelumnya -5,50.

Arief mengatakan, pihaknya menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada seluruh petani, peternak, dan nelayan di seluruh Indonesia dan seluruh stakeholder terkait, kementerian dan lembaga, pemerintah daerah, dan badan usaha milik negara (BUMN) pangan.

“Terima kasih juga untuk asosiasi dan pelaku usaha, kelompok masyarakat, komunitas, hingga media atas kontribusi bersama dalam menjaga ketahanan pangan nasional," katanya.

Dia pun mengajak semua pihak mengupayakan langkah-langkah pengendalian inflasi, khususnya pada inflasi pangan dengan berbagai program strategis. 

Arief juga mendorong kerja sama antardaerah, termasuk mengajak Gerakan Pangan Murah dan Fasilitasi Distribusi Pangan.

Baca juga: Bapanas Pastikan Bantuan Pangan Beras Tak Memuat Unsur Politik Pilkada

“Itu beberapa langkah aksi yang terus kita bersama-sama lakukan sehingga inflasi dapat terjaga tidak lebih dari target 2,5 persen plus minus 1. Pada saat yang sama menjaga pertumbuhan ekonomi juga di atas 5 persen," ujarnya. 

Bagikan artikel ini melalui
Oke