TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com – Lembaga Pembiayaan Ekspor (LPEI) atau Indonesia Eximbank terus mendorong usaha mikro kecil dan menengah ( UMKM) lokal agar bisa mengglobal lewat ekspor. Hal ini dibuktikan lewat salah satu UMKM binaannya, Unikayo.
Dalam Trade Expo Indonesia (TEI) ke-38 yang diadakan di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (19/10/2023), sang pendiri sekaligus pemilik usaha, Laurencia De Richo (20) menceritakan latar belakang serta lika-liku menekuni bisnis tersebut.
Unikayo merupakan bisnis kuliner asal Kabupaten Payakumbuh, Sumatera Barat (Sumbar). Produk utama Unikayo adalah rendang siap makan dalam berbagai varian, seperti rendang sapi iris, rendang jamur tiram suir, dan rendang ikan tuna.
Laurencia mengatakan bahwa ide bisnis Unikayo muncul dari kecintaannya terhadap rendang, salah satu masakan khas Indonesia yang sudah mendunia.
"Saya suka sekali makan rendang. Namun, saya merasa rendang yang ada kurang variatif. Jadi, saya ingin menciptakan sesuatu yang baru dan unik," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis.
Laurencia pun mulai bereksperimen dengan berbagai bahan dan bumbu untuk membuat rendang. Hasilnya, ia berhasil menciptakan beberapa varian rendang yang tidak biasa, seperti rendang jamur tiram suir dan rendang tuna.
Selain membuat variasi rendang, Laurencia juga membuat bumbu rendang instan yang praktis dan mudah digunakan.
"Bumbu tersebut bisa digunakan untuk membuat rendang apa saja. Tinggal tambahkan air dan bahan utama, lalu masak sampai matang,” ujarnya.
Laurencia mengaku kebisaannya dalam merintis usaha tak lepas dari bakat berbisnis yang sudah tumbuh sejak kecil. Apalagi, ditambah dengan latar pendidikan yang berkaitan dan orangtua yang menekuni bidang serupa.
Begitu pula dengan memasak. Aktivitas ini sudah jadi hobi gadis bertalenta tersebut dari kecil. Ia belajar banyak resep rendang autentik Minang dari orangtuanya. Hobi memasak yang dimiliki memperbesar keinginannya untuk mendirikan Unikayo.
“Saya beberapa kali melakukan trial and error untuk menemukan formula produk yang bagus,” imbuhnya.
Untuk diketahui, Laurencia kerap diundang sebagai narasumber di berbagai acara bisnis dan kepemudaan. Salah satunya, di acara yang diselenggarakan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Ia juga aktif mengikuti berbagai pameran dan showcase dalam dan luar negeri.
Belum lama ini, ia juga meraih penghargaan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) sebagai Pemuda Pelopor Nasional terbaik kedua di bidang pangan. Ia pun aktif mengikuti berbagai pameran dan showcase di dalam dan luar negeri.
Baca juga: Hugo Inovasi, UKM Gula Kelapa Binaan LPEI Sukses Ekspor ke 10 Negara
Seperti bisnis pada umumnya, Unikayo pun menghadapi berbagai tantangan yang tidak mudah. Mulai dari perizinan, persaingan, hingga memasok bahan baku, ditemui Laurencia.
"Untuk perizinan, saya harus mengurus banyak hal, seperti sertifikasi Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan lain-lain. Untuk persaingan, saya harus bersaing dengan banyak produk sejenis di pasaran. Untuk pasokan bahan baku, saya harus memastikan kualitas dan ketersediaannya," terangnya.
Guna mengatasi kendala persaingan, Laurencia lantas memilih pasar ekspor. Utamanya, untuk produk bumbu rendang instan.
"(Produk bumbu) legalitasnya lebih gampang diurus. Sementara untuk rendang daging sapi iris, sulit menembus negara lain karena bahan bakunya daging sapi. Pasalnya, kesehatan hewan ternak Indonesia menjadi perhatian besar negara-negara luar,” jelasnya.
Selain itu, agar produk-produk Unikayo terjamin kualitas dan mutunya, Laurencia hanya bermitra dengan penyuplai tepercaya dan terstandarisasi untuk pemenuhan kebutuhan bahan baku.
"Untuk pemenuhan bahan baku, kami punya supplier. Kerja sama kedua pihak diatur dalam nota kesepahaman (MoU),” tambahnya.
Dari segi produksi, ia menjelaskan, pihaknya sudah memiliki perencanaan setiap bulan. Para juru masak jadi punya gambaran pekerjaan. Ia pun memastikan bahwa seluruh pembuatan produk steril, tidak menggunakan bahan pengawet dan MSG.
“Produk kami dibuat dari bahan yang 100 persen organik, tapi tetap bisa bertahan hingga satu tahun. Sebab, pengemasan kami menggunakan teknik vakum,” jelas Laurencia.
Baca juga: BUMDEs Binaan LPEI Sukses Ekspor Jahe Gajah ke Pasar Internasional
Laurencia memiliki visi besar untuk bisnis Unikayo. Ia ingin menjadikan Unikayo sebagai jenama kuliner Indonesia yang dikenal di dunia.
"Saya ingin mengenalkan rendang dan kuliner Indonesia lainnya ke seluruh dunia. Saya ingin membuat orang-orang tertarik dan mencoba produk-produk Unikayo," ucapnya.
Selain itu, ia juga ingin bisa semakin memberdayakan masyarakat sekitar melalui bisnis Unikayo. Pasalnya, selama ini ia mengambil bahan baku dari petani dan kelompok tani perempuan di daerah sekitar.
"Jadi, kami memang tujuannya tidak sekadar mencari untung, tapi juga bermanfaat bagi masyarakat sekitar,” tandasnya.
Sebagai informasi, produk-produk Unikayo hingga saat ini sudah masuk ke beberapa negara, seperti Singapura, Italia, Inggris, Belanda, Jepang, dan Amerika Serikat. Laurencia berharap, jangkauan pasar ekspor bisa bertambah di masa depan.
"Saya berharap, Unikayo bisa terus berkembang dan bertumbuh bersama. Saya juga berterima kasih kepada semua pihak yang sudah mendukung Unikayo, termasuk LPEI,” sebutnya.
Untuk diketahui, berkat dibina oleh LPEI, Laurencia kini memahami tentang prosedur ekspor. Meski sudah berkecimpung sebagai fasilitator ekspor, ia menilai, semakin banyak wawasan yang didapat dari kemitraan Unikayo dengan LPEI.
Dukungan kepada Unikayo merupakan hasil kolaborasi pendampingan program #KemenkeuSatu antara LPEI bersama Direktorat Jenderal (Ditjen) Perbendaharaan Provinsi Sumatera Barat Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Lewat program itu, Unikayo didorong untuk menjadi UMKM berdaya saing global dengan memperluas akses pasarnya.
Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Barat DJPb Kemenkeu Syukriah bersyukur bisa berkolaborasi dengan LPEI sehingga Unikayo bisa ikut serta dalam TEI ke-38 mewakili UMKM Provinsi Sumatera Barat.
“Pameran ini menjadi contoh konkret dari sinergi dalam program Kemenkeu Satu antara LPEI dengan DJPb. Sinergi ini diharapkan dapat semakin erat dan memberikan manfaat bagi masyarakat,” ujarnya.
Guna meningkatkan kapasitas produksinya, Laurencia juga sedang membangun pabrik yang berstandar internasional, seperti dari Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) dan Food and Drug Administration (FDA).
Ia juga berencana menggandeng tenaga kerja muda dari sekitar untuk bergabung dengan tim Unikayo. Ini mengingat, predikat Pemuda Pelopor Nasional yang belum lama diemban.
Baca juga: Potensi Ekspor Vanili Indonesia Kian Menjanjikan, Ini Paparan LPEI
Terkait keikutsertaan di TEI ke-38, Laurencia mengaku senang karena acara tersebut merupakan ajang pameran business-to-business (B2B) skala internasional.
“Saya bertemu dengan banyak calon buyer potensial dari dalam dan luar negeri di acara ini,” ucapnya.
Adapun salah satu buyer yang tertarik pada Unikayo adalah Kedutaan Besar RI untuk Bulgaria. Kedua pihak direncanakan membahas keberlanjutan tawaran ekspor bumbu rendang Unikayo ke Bulgaria.
"Besok Pak Dubes Indonesia untuk Bulgaria dikabarkan akan kembali menemui kami. Selain itu, beberapa pejabat dari Kantor Wilayah (Kanwil) Sumatera Barat juga tertarik dengan produk Unikayo,” katanya.
Sebagai informasi, selain Unikayo, LPEI juga menghadirkan 14 UMKM binaan lain di TEI ke-38. UMKM tersebut, di antaranya Hugo Inovasi asal Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dengan produk unggulan gula kelapa dan BUMDes Sejahtera asal Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, dengan produk ekspor unggulan jahe gajah segar.
Adapun TEI ke-38 yang berlangsung sejak Rabu (18/10/2023) sampai Minggu (22/10/2023) diselenggarakan oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan didukung oleh LPEI serta berbagai kementerian, badan usaha milik negara (BUMN), lembaga, dan asosiasi terkait.