Kecelakaan Kerja di Perkebunan Sawit Meningkat, BPJS Ketenagakerjaan Gandeng ILO Latih Perusahaan Patuhi K3

KOMPAS.com - Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan terus memperkuat penerapan langkah-langkah promotif preventif untuk menekan laju angka kecelakaan kerja pada sektor perkebunan.

Salah satu upaya itu dilakukan dengan menggandeng International Labour Organization ( ILO) untuk menyelenggarakan program Training of Trainers (ToT) bagi perusahaan-perusahaan sawit beberapa waktu lalu. 

Kegiatan tersebut digelar di empat wilayah kerja BPJS Ketenagakerjaan, meliputi Sumatera Bagian Utara (Sumbagut), Sumatera Barat dan Kepulauan Riau (Sumbarriau), Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel), serta Kalimantan dengan total peserta sebanyak 400 orang.

Kepala Kantor BPJS Ketenagakerjaan Wilayah Sumbagsel, Muhyidin berharap kegiatan itu dapat meningkatkan kesadaran perusahaan terhadap pentingnya kepatuhan kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan dan terwujudnya lingkungan kerja yang aman serta produktif. 

Dia menyebutkan, dengan pengetahuan tersebut, para peserta akan menjadi agen perubahan di perusahaan masing-masing, memastikan bahwa standar kesehatan dan keselamatan kerja (K3) diterapkan dengan baik serta tenaga kerja mendapatkan perlindungan optimal sesuai peraturan.

"Melalui kegiatan ToT ini, kami berharap dapat membentuk pelatih-pelatih internal di perusahaan yang mampu memberikan edukasi berkelanjutan kepada para karyawan mengenai pentingnya K3 dan perlindungan sosial," ujarnya dalam siaran pers, Kamis (3/10/2024).

Baca juga: Perjuangan Transpuan Lansia Klaim Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan, Sebut Seperti Main Lotre

Adapun, sepanjang 2023, BPJS Ketenagakerjaan mencatat jumlah kecelakaan kerja mencapai 370.000 kasus. Kemudian, sejumlah 224.000 60,5 persen dari kasus tersebut didominasi sektor perkebunan. 

Angka tersebut meningkat jika dibandingkan pada 2022, yakni sebesar 169.000 kasus.

Untuk wilayah Sumbagsel, angka kecelakaan kerja di sektor perkebunan mencapai 11.000 kasus selama 2023 atau naik 30 persen year-on-year (YoY). 

Sementara itu, National Project Coordinator ILO Nirwan Gah dalam kegiatan ToT wilayah Sumbagsel menekankan pentingnya kolaborasi antara sektor swasta dan lembaga publik dalam meningkatkan standar K3 di tempat kerja.

"Kerja sama antara ILO dan BPJS Ketenagakerjaan merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa perusahaan, khususnya di sektor berisiko tinggi seperti perkebunan sawit, dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman,” katanya. 

Dia juga mengatakan, implementasi K3 yang baik tidak hanya mencegah kecelakaan kerja, tetapi juga meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan pekerja.

Baca juga: JMO Disebut Jadi Kesuksesan BPJS Ketenagakerjaan dalam Transformasi Digital

ILO turut mengapresiasi komitmen perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam program ini untuk terus meningkatkan kepatuhan dan menerapkan standar K3 secara konsisten.

Hal itu sejalan dengan amanah pemerintah yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 49 Tahun 2023.

PP tersebut mewajibkan pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan promotif preventif dalam rangka melindungi tenaga kerja dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta bekerja sama dengan BPJS Ketenagakerjaan.

BPJS Ketenagakerjaan dan ILO berharap, perusahaan sawit dan perusahaan-perusahaan lain di wilayah Sumbagsel dapat semakin proaktif dalam memenuhi kewajiban kepesertaan. 

Mereka juga diharapkan mengimplementasikan program K3 secara berkelanjutan demi menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan terlindungi sehingga para pekerja bisa Kerja Keras Bebas Cemas.

Baca juga: 4 Manfaat Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan BPJS Ketenagakerjaan