KOMPAS.com – Peluncuran edukasi lingkungan hidup tematik mangrove di Sumatera Utara (Sumut) sebagai bagian dari Kurikulum Merdeka tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi tonggak sejarah pendidikan lingkungan.
Tak hanya itu, peluncuran kurikulum itu juga menyoroti peran penting guru dalam keberhasilan program tersebut. Sebagai langkah awal, para guru dilibatkan dalam pelatihan intensif sebelum kurikulum ini diterapkan.
Program edukasi lingkungan hidup tematik mangrove itu diluncurkan oleh Badan Restorasi Gambut dan Mangrove ( BRGM) bersama Dinas Pendidikan Provinsi Sumut.
Baca juga: BRGM Raih Medali Perak untuk Kinerja Geospasial dalam Restorasi Ekosistem
Program itu menjadi upaya strategis untuk menciptakan generasi muda yang berkarakter cinta lingkungan agar mampu melakukan pengelolaan lingkungan hidup secara ramah lingkungan, lestari, dan berkelanjutan
Kepala Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi BRGM Suwignya Utama mengatakan, edukasi menjadi salah satu pilar penting selain rehabilitasi fisik ekosistem mangrove.
Dalam rangka memulihkan ekosistem mangrove dari kerusakan, jelas Suwignya, BRGM ditugaskan untuk melakukan rehabilitasi mangrove. Selain melakukan penanaman melalui Memulihkan, Meningkatkan, dan Mempertahankan (3M), juga terdapat aspek edukasi penyusunan modul bersama Dinas Pendidikan.
“Modul ini dirancang agar siswa tidak hanya belajar tentang mangrove, tetapi juga membangun karakter cinta lingkungan,” ujarnya dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (16/11/2024).
Baca juga: Kenalkan Anak Muda Rehabilitasi Mangrove, BRGM gelar Youth Mangrove Action
Pelaksanaan program itu mencakup berbagai tahapan, mulai dari penguatan pemahaman bersama, integrasi pembelajaran mangrove ke Kurikulum Merdeka, penyusunan modul Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), pelatihan guru, hingga simulasi dan implementasi kurikulum.
Adapun modul bertema “Hidup Bijak Bersama Mangrove” itu tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga menjadi langkah konkret untuk pelestarian mangrove.
Sebagai bagian dari persiapan sebelum melakukan pengajaran kepada siswa, para guru mengikuti pelatihan di Batubara Mangrove Park, Kabupaten Batubara, Sumut.
Di lokasi tersebut, mereka mempelajari ekosistem mangrove secara langsung, termasuk tantangan biofisik serta sosial dan ekonomi masyarakat sekitar.
Baca juga: BRGM: Pembangunan Harus Dibarengi dengan Konservasi agar Sustain”
Sekretaris Dinas Pendidikan Sumut Roedy Fahrizal menegaskan, pelatihan ini punya manfaat penting untuk mendukung pengajaran di sekolah.
“Kami sedang mempersiapkan pembelajaran dan kesiapan para guru agar bisa diintegrasikan pada kurikulum yang akan datang. Harapannya, tidak hanya pengaturan sepintas, tetapi anak-anak juga bisa terlibat dalam rehabilitasi mangrove,” ujar Roedy.
Peluncuran kurikulum itu pun mendapat apresiasi dari Asisten Administrasi Umum Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut Lies Handayani Siregar.
“ Pelestarian mangrove harus dilakukan bersama-sama. Dengan adanya kurikulum ini, diharapkan pelestarian mangrove di Sumut dapat berjalan lancar dan generasi muda terlibat langsung di dalamnya,” kata Lies.
Langkah inovatif Sumut mengimplementasikan edukasi mangrove tersebut diharapkan menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia untuk menerapkan edukasi lingkungan hidup yang terintegrasi dalam sistem pendidikan formal.