KOMPAS.com – Sekretaris Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Ayu Dewi Utari berkunjung ke Provinsi Papua Selatan untuk menjalin silahturahmi dengan Penjabat (Pj) Gubernur Papua Selatan Apolo Safanpo di Kantor Gubernur Papua Selatan.
Dalam kesempatan itu, Sekretaris BRGM menyampaikan kegiatan restorasi gambut dan percepatan rehabilitasi mangrove yang akan dilaksanakan di Provinsi Papua Selatan.
Sekretaris BRGM Ayu Dewi Utari mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua Selatan yang telah memberikan kesempatan bagi BRGM untuk melaksanakan restorasi gambut di Papua Selatan.
"Dengan adanya pemekaran wilayah menjadi Papua Selatan, kami membutuhkan dukungan dari Pemerintah Provinsi Papua Selatan dalam pelaksanaan kegiatan restorasi gambut dan percepatan rehabilitasi mangrove,” ucap Ayu.
Baca juga: Peringati HMPI, BRGM Gencarkan Penanaman Mangrove
Sebagai informasi, Provinsi Papua Selatan merupakan wilayah pemekaran dari Provinsi Papua yang baru diresmikan pada tahun lalu.
Papua Selatan memiliki lahan gambut seluas 965.000 hektar (ha) yang tersebar di Kabupaten Merauke, Mappi, dan Asmat.
Sebenarnya, lahan gambut di Provinsi Papua Selatan tidak terlalu terdegradasi secara signifikan. Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) juga tidak kerap terjadi dan menganggu, berbeda dengan enam provinsi lainnya.
Namun pemerintah tidak hanya memperhatikan dan melindungi lahan gambut yang rusak, tetapi juga gambut baik.
Dalam pelaksanaannya, BRGM menerapkan strategi atau pendekatan 3R, yaitu rewetting atau pembasahan, revegetasi atau penanaman kembali, dan revitalisasi ekonomi masyarakat.
Baca juga: BRGM Bantu Masyarakat Desa Talio Hulu, Kalteng Budidayakan Jeruk di Lahan Gambut
Sejak tahun 2018 hingga 2022, BRGM telah memberikan 131 paket revitalisasi ekonomi untuk 102 kampung. Revitalisasi yang diberikan berbentuk bantuan alat tangkap ikan ramah lingkungan, pengolahan abon ikan, pengolahan tepung pisang, pengadaan bibit tanaman pekarangan.
Pj Gubernur Papua Selatan Apolo Safanpo menyambut baik kehadiran BRGM. Ia mengaku senang Provinsi Papua Selatan terpilih untuk menyambut program BRGM.
“Wilayah gambut ini, juga menjadi concern kami untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan,” ujar Apolo.
Ekosistem mangrove di Provinsi Papua Selatan juga menjadi fokus BRGM dalam pemulihan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
Kondisi mangrove di provinsi ini masih tergolong cukup baik karena tumbuh di pesisir pantai dan bukan termasuk lahan tambak. Pada 2023, rencana kegiatan percepatan rehabilitasi mangrove akan dilaksanakan di Kabupaten Merauke seluas 748 ha.
Baca juga: BRGM Dampingi Komunitas Lokal Perempuan Kelola Mangrove Jadi Bahan Pewarna Alami Kain
Untuk diketahui, restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove harus dilakukan secara berkelanjutan, tidak hanya berfokus pada pemulihan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat saja.
Oleh karena itu, BRGM bekerja sama dengan perguruan tinggi dalam peningkatan penyadartahuan pentingnya restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove bagi generasi muda. Salah satunya melalui kerja sama dengan Universitas Musamus.
Kerja sama antara Universitas Musamus dengan BRGM, lanjut dia, bertujuan untuk mendukung kegiatan restorasi gambut dan percepatan rehabilitasi mangrove lewat edukasi atau pendidikan.
Baca juga: Mobil Hemat Energi Inovasi Mahasiswa Untirta Siap Ikut Shell Eco Marathon Asia 2023
Hal tersebut salah satunya diwujudkan BRGM melalui kuliah umum yang bertajuk “Urgensi Dalam Mitigasi Krisis Iklim pada Lahan Gambut dan Mangrove”, Rabu (21/6/2023).
Kuliah umum yang dipaparkan langsung oleh Ayu Dewi Utari tersebut ini oleh 138 mahasiswa dari berbagai jurusan.
Antusiasme mahasiswa sangat terasa dalam kesempatan ini, termasuk mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Musamus Wakundus.
Lewat kegiatan tersebut, Wakundus mengatakan, pihaknya menjadi lebih paham tentang lahan gambut dan cara penanganannya.
Baca juga: Polisi Klaim Lahan Gambut di Rokan Hulu Riau Dipadamkan Setelah 4 Hari Terbakar
“Di Provinsi Papua Selatan ini, kami memiliki lahan gambut yang luas, tetapi kami tidak mengerti bagaimana pemeliharaan dan penggunaan lahan yang baik tanpa dibakar,“ kata Wakundus.
Wakundus berharap, ke depannya mahasiswa dapat terlibat lebih lanjut dalam kegiatan restorasi gambut, terlebih di Provinsi Papua Selatan.