KOMPAS.com – Badan Restorasi Gambut dan Mangrove ( BRGM) menggelar pelatihan pembuataan pewarna kain berbahan mangrove kepada Kelompok Perempuan Peduli Gambut (KPPG) di Desa Harapan Tani, Kecamatan Kempas, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau.
Untuk diketahui, KPPG merupakan komunitas lokal perempuan binaan BRGM yang beranggotakan 10 orang. Seluruh anggota KPPG berprofesi sebagai ibu rumah tangga.
Ketua KPPG Desa Harapan Tani Samsiah menceritakan, pada mulanya, mereka berlatih melakukan pewarnaan kain menggunakan bahan-bahan organik yang mudah didapat, seperti daun ketapang dan daun mangga.
Kemudian, mereka mulai memanfaatkan kulit batang, buah, dan daun mangrove berjenis Sonneratia sp yang banyak tumbuh di sepanjang Sungai Inhil.
“Bahan pewarna alami itu tidak merusak lingkungan dan merupakan bahan unik yang jarang dipakai di Inhil,” ujar Samsiah dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (21/4/2023).
Menariknya, Samsiah juga memanfaatkan limbah sisa kulit batang mangrove yang telah digunakan masyarakat sekitar.
Baca juga: BRGM bersama Tim P5 Susun Sarana Edukasi tentang Ekosistem Gambut untuk Murid SMA/SMK
Untuk diketahui, masyarakat Inhil masih bergantung pada kayu mangrove sebagai bahan bangunan. Sisa bahan ini kerap berakhir di tempat pembuangan sampah.
“Kami bergerak untuk mengubah limbah tersebut. Kulit batang mangrove kami olah kembali menjadi bahan pewarna alami,” ucap Samsiah.
KPPG Desa Harapan Tani membutuhkan waktu selama 10 hari untuk memproses bahan dasar menjadi pewarna siap pakai. Mereka menggunakan berbagai teknik, baik ecoprint maupun sasirangan.
Pada pelaksanaannya, tak jarang mereka menghadapi sejumlah kendala, mulai dari kesulitan mencari bahan kain berserat, lama waktu pengerjaan, hingga kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai teknik pewarnaan kain secara alami.
“Sulit mendapatkan bahan kain berserat di Inhil, bahkan di Riau. Jadi, kami harus membeli kain tersebut dari Pulau Jawa dengan ongkos kirim yang mahal. Ditambah, pengerjaan kain juga membutuhkan waktu lama,” cerita Samsiah.
Kendala tersebut membuat kain yang dihasilkan tidak ramah di kantong. Kain-kain ini dijual dengan harga mulai Rp 200.000. Hal ini membuat minat pembeli di Inhil ataupun Riau sedikit.
Meski demikian, KPPG Desa Harapan Tani pantang menyerah. Mereka terus memperkenalkan kain pewarna alami kepada masyarakat yang lebih luas melalui berbagai pameran. Pada akhirnya, kain tersebut pun berhasil menjadi suvenir untuk Bupati Riau.
Anggota kelompok KPPG Desa Harapan Tani, Susilawati, menekankan bahwa mereka meningkatkan kualitas kain untuk mendukung ekspansi sehingga dapat menjangkau berbagai kalangan.
“Kami menaikkan kualitas pada berbagai aspek, mulai dari bahan dasar kain hingga membuat produk inovasi lain, seperti bucket hat, tas, tempat tisu, dan pasmina. Produk-produk ini dapat dibeli oleh masyarakat kelas menengah, bahkan kelas bawah,” jelas Susilawati.
Baca juga: Ketua BRGM Berharap Program Rehabilitasi Bisa Pulihkan Fungsi Ekologis dan Ekonomi Mangrove
Pada kesempatan itu, Susilawati juga memberikan apresiasi kepada BRGM. Menurutnya, pendampingan BRGM membantu dia menambah pendapatan keluarga.
“Semoga program tersebut terus dilanjutkan dan ditambah dengan pelatihan pemasaran produk. Dengan begitu, produk kami bisa dipasarkan ke luar kota ataupun luar negeri,” ujar Susilawati.
Sementara itu, Pelaksana Harian (Plh) Deputi Bidang Edukasi dan Sosialisasi, Partisipasi dan Kemitraan BRGM, Suwignya, mengatakan bahwa kunci keberhasilan restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove adalah partisipasi aktif masyarakat.
“Kami selalu melibatkan masyarakat dalam kegiatan restorasi gambut dan mangrove melalui program Desa Mandiri Peduli Gambut (DMPG) dan Desa Mandiri Peduli Mangrove (DMPM), serta kegiatan Sekolah Lapang Peduli Gambut (SLPG) dan Sekolah Lapang Masyarakat Mangrove (SLMM),” jelas Suwignya.
Dia berharap, berbagai inisiatif itu dapat meningkatkan rasa memiliki sehingga masyarakat mempunyai kesadaran untuk merawat serta menjaga lahan gambut dan mangrove.
Sebagai informasi, Provinsi Riau merupakan salah satu wilayah kerja restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove BRGM.
Baca juga: BRGM bersama Tim P5 Susun Sarana Edukasi tentang Ekosistem Gambut untuk Murid SMA/SMK
Pada 2022, BRGM telah melakukan kegiatan restorasi gambut lahan seluas 118.825 ha. Restorasi ini dilakukan dengan berbagai program, seperti pembangunan 109 unit sekat kanal, kegiatan revegetasi lahan seluas 70 Ha, dan pemberian 23 paket revitalisasi ekonomi. Selain itu, BRGM juga telah melakukan kegiatan rehabilitasi di lahan mangrove seluas 842 ha.
Berbagai upaya tersebut merupakan bentuk komitmen pemerintah untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Upaya itu juga telah membantu penurunan laju deforestasi yang signifikan sehingga mencapai angka terendah dalam 20 tahun terakhir.
Kemudian, kegiatan tersebut juga menurunkan angka kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dari angka 358.867 ha pada 2021 menjadi 204.894 ha pada 2022.
Selain itu, upaya tersebut juga mendorong pencapaian target BRGM untuk dapat merehabilitasi mangrove seluas 600.000 ha hingga 2024.