KOMPAS.com - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dokter Hasto menegaskan pentingnya merencanakan kehamilan untuk memastikan kelahiran bayi yang sehat dan tidak mengalami stunting.
Salah satu langkahnya adalah dengan mengatur jarak antara kelahiran anak-anak. Menurutnya, mengatur jarak kelahiran agar tidak terlalu dekat adalah salah satu cara untuk mencegah stunting pada anak-anak, yang dapat dilakukan melalui program Keluarga Berencana (KB).
"Ini (ibu hamil) harus dikawal mulai dari (sejak) masa kandungan (mereka mengandung)," kata Dokter Hasto dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (6/3/2024).
Pernyataan tersebut disampaikan Dokter Hasto dalam kegiatan Sosialisasi dan Pelayanan KB di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kerang, Desa Kerang, Kecamatan Batu Engau, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur (Kaltim), Selasa (5/3/2024).
Baca juga: Deretan Kursi Menteri Era Jokowi yang Paling Sering Jadi Sasaran Reshuffle
Sebagai informasi, Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting telah menargetkan angka penurunan stunting nasional menjadi 14 persen pada 2024.
Dalam acara tersebut, Dokter Hasto memberikan apresiasi kepada remaja putri yang bersemangat mengikuti program minum tablet tambah darah sebagai langkah antisipasi terhadap risiko melahirkan anak yang mengalami stunting ketika menikah.
Di bagian lain pidatonya, Dokter Hasto mengungkapkan bahwa intensifikasi dan integrasi pelayanan KB dan kesehatan reproduksi di wilayah perbatasan menjadi salah satu Program Prioritas Nasional (Pro PN).
Baca juga: Soal 8 Kegiatan Prioritas Nasional, Kepala LAN: Apresiasi untuk Semua Stakeholder
Mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, Dokter Hasto menyatakan bahwa BKKBN mendukung dua agenda pembangunan atau prioritas nasional, yakni peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, serta revolusi mental dan pembangunan kebudayaan.
Dalam konteks tersebut, BKKBN semakin mendorong peningkatan penggunaan kontrasepsi, terutama metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP), sebagai upaya untuk menekan angka drop out pengguna.
Bertolak dari upaya BKKBN, perwakilan BKKBN Provinsi Kaltim menggelar kegiatan intensifikasi dan integrasi pelayanan KB dan kesehatan reproduksi pada Senin (4/3/2024) hingga Senin (5/3/2024).
Baca juga: KB Setelah Persalinan Berperan Penting Cegah Stunting
Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan akses pelayanan, terutama di wilayah perbatasan antara Provinsi Kaltim dan Kalimantan Selatan (Kalsel). Kegiatan ini dilaksanakan di RSUD Kerang, Desa Kerang, Kecamatan Batu Engau, Kabupaten Paser.
Sebelum pelaksanaan sosialisasi dan pelayanan KB, BKKBN Kaltim mengadakan kegiatan "Nonton Bareng dengan Mupen", yaitu menggunakan Mobil Unit Penerangan (Mupen) milik BKKBN.
Acara tersebut bertujuan untuk melakukan promosi dan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat di Sengayam, Kota Baru, yang berlangsung pada Senin (4/3/2024).
Kegiatan tersebut disambut antusias oleh masyarakat sekitar. Selain itu, juga diadakan pemeriksaan ultrasonografi (USG) bagi ibu hamil. Seluruh rangkaian kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara Perwakilan BKKBN Kaltim dan Kalsel.
Baca juga: Kolaborasi Budaya: Pengertian dan Contohnya
Sementara itu, Penjabat (Pj) Gubernur Kaltim Akmal Malik mengingatkan agar pelayanan kesehatan di wilayah perbatasan tidak dibatasi oleh administrasi meskipun berada di provinsi yang berbeda.
"Mari kita saling berkolaborasi untuk mempercepat kesuksesan program ini," katanya.
Akmal juga menyampaikan kekagumannya terhadap Kepala BKKBN Dokter Hasto yang memiliki latar belakang sebagai dokter dan pernah menjabat sebagai Bupati Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
"Banyak program Dokter Hasto yang menginspirasi dan secara langsung menyentuh kebutuhan masyarakat, utamanya yang berkaitan dengan pemberdayaan keluarga dan penanggulangan stunting," jelasnya.