KOMPAS.com - Artis sekaligus sineas muda berbakat Marcella Zalianty mengatakan bahwa Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) perlu mempertimbangkan untuk optimalisasi pemanfaatan televisi sebagai media advokasi dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dalam penanganan maupun pencegahan stunting di Indonesia.
“Sebab, jumlah penonton televisi di Indonesia mencapai 54,7 juta. Kita harus bisa optimalisasi kanal-kanal ini,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (16/12/2023).
Pernyataan tersebut disampaikan Marcella dalam acara Talkshow “Temu Sineas Muda & Anugerah Jurnalistik TV Peduli Stunting," yang sekaligus dirangkai dengan Penandatanganan memorandum of understanding (MoU) BKKBN dengan Radio Republik Indonesia (RRI) dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), di CGV Central Park Mall, Kota Jakarta Barat (Jakbar), Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta, Kamis (14/12/2023).
Marcella mengakui bahwa televisi dan radio menjadi media yang mampu menembus hingga ke wilayah pedesaan yang masih sulit dijangkau oleh internet.
Baca juga: Ratusan TPS di Sikka Belum Terjangkau Sinyal Internet, Pemkab Surati Menkominfo
Menurut laporan dari Nielsen Indonesia, saat ini, jumlah penonton televisi di perkotaan seluruh Indonesia mencapai 130 juta orang. Proyeksi ini menunjukkan peningkatan signifikan dari jumlah penonton sebelumnya yang mencapai 58,9 juta.
Selain televisi, Marcella mengungkapkan bahwa film juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana dalam penanganan stunting.
Berdasarkan data sepanjang 2023, kata dia, insan perfilman telah memproduksi 15 judul film, dengan penonton mencapai 17 juta orang. Hal ini, merupakan capaian luar biasa karena pertumbuhan film Indonesia mampu mencetak market share sebesar 64 persen.
“Film pendek tentang stunting tentu akan memiliki nilai jual. Dan ini bentuk advokasi yang bisa diadaptasi dan bisa berdampak," ujarnya.
Baca juga: Cerita Marcella Zalianty soal Kepalanya Terkena Pedang Saat Latihan Teater
Dalam kesempatan tersebut, Marcella mengatakan bahwa literasi dan pemanfaatan teknologi digital sangat penting dalam mengatasi berbagai permasalahan.
Ia menekankan pentingnya literasi melalui media digital, seperti media sosial (medsos) yang memiliki jumlah pengguna terbesar.
“Literasi melalui medium digital merupakan kunci utama dan bisa kita manfaatkan untuk mengedukasi masyarakat,” jelas Marcella.
Sebagai langkah lebih lanjut, ia mendorong penggunaan media digital sebagai sarana untuk menyampaikan pesan, advokasi, sosialisasi, dan literasi.
Baca juga: Tim Advokasi IPW Desak KPK Tahan Wamenkumham Terkait Kasus Suap dan Gratifikasi
Selain itu, kata Marcella, sarana lain berupa film memiliki daya lintas benua dalam menyampaikan pesan.
Dengan demikian, ia mendorong semua pihak melalui sarana media yang ada untuk mendukung kehidupan masyarakat pedesaan, terutama dalam meningkatkan tingkat pendidikan dan kondisi sosial, guna mencapai kesejahteraan mereka.
Keberhasilan Indonesia dalam pembangunan nasional sangat tergantung pada kemampuan negara untuk mengatasi masalah stunting, yang ditargetkan turun menjadi 14 persen pada 2024. Penurunan ini di bawah rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang maksimal 20 persen.
Marcella menilai bahwa upaya percepatan dan pencegahan stunting di Indonesia memerlukan kerja sama lintas institusi.Pasalnya, stunting merupakan persoalan kompleks sehingga membutuhkan penanganan secara holistik.
Baca juga: Balai RW Bakal Jadi Sentra Layanan, Laila Mufidah: Efektif Atasi Stunting hingga ke Akar-Akarnya
"Kita tidak bisa sendiri. Karena itu, diharapkan (ada) keterlibatan badan usaha milik negara (BUMN) dalam mendukung suplai makanan sehat hingga benar-benar sampai kepada keluarga sasaran atau keluarga tidak mampu," ujar Marcella dalam acara bertema Percepatan Penurunan Stunting Menuju Generasi Emas 2045.
Ia juga berharap agar setiap keluarga di Indonesia memiliki anak-anak yang sehat. Untuk itu, setiap ibu diharapkan untuk menatalaksana diri sehingga mampu melahirkan anak-anak yang sehat.
"Bila ibu stres, atau bapak tidak bisa memberi makanan yang bergizi kepada istri dan anak-anaknya, maka ini akan memengaruhi pertumbuhan janin. Sehingga si ibu berpotensi melahirkan generasi stunting," ujarnya.
Oleh karena itu, Marcella meminta BKKBN dan mitra kerjanya untuk terus melakukan kampanye dan sosialisasi tentang stunting, fokus pada pencegahan munculnya kasus stunting baru, serta menyampaikan pengetahuan terkait bahaya dan ancaman stunting bagi keluarga dan bangsa.
Baca juga: Ganjar Kenakan Sepatu Karya Anak Bangsa Saat Debat Capres
Pada kesempatan yang sama, Deputi Advokasi, Penggerakkan, Informasi BKKBN Sukaryo Teguh Santoso selaku pembicara acara tersebut menilai televisi memiliki peran penting dalam membangun kesadaran dan mengubah pola pikir masyarakat terkait stunting.
Sementara itu, Deputi Bidang Administrasi Sekretariat Wakil Presiden (Wapres) Suprayoga Hadi yang juga menjadi pembicara mengatakan, perubahan perilaku masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah stunting.
Menurutnya, salah satu media yang efektif pencegahan stunting adalah medsos yang memiliki jumlah pengguna sangat besar.
Ia menegaskan bahwa bioskop tidak efektif untuk sosialisasi pencegahan stunting, mengingat jarangnya masyarakat pedesaan yang mengunjungi bioskop.
Baca juga: Film Budi Pekerti Pamit dari Bioskop dengan 579.478 Penonton
"Sebelum film diputar, iklan stunting bisa saja tayang dulu. Akan tetapi, bioskop sangat jarang dikunjungi masyarakat pedesaan. Jadi, kurang efektif," jelasnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, fokus harus dipusatkan pada perubahan perilaku melalui media yang terbukti efektif.
Sebagai informasi, dalam acara tersebut hadir Direktur Utama (Dirut) LPP RRI Hendrasmo serta jajaran RRI, Ketua IJTI Herik Kurniawan, Direktur Lanjut Usia (Lansia) BKKBN, Direktur Direktorat Advokasi dan Hubungan Antar Lembaga (Ditvoga), dan jajaran BKKBN.
Dalam kegiatan tersebut, BKKBN juga mengumumkan lomba Jurnalistik Televisi dengan tema "Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting".
Baca juga: Tak Hanya Soal Air Bersih, Heru Budi Juga Minta PAM Jaya Tangani Kasus Stunting di DKI
Setelah melalui tahapan seleksi yang ketat, dewan juri lomba menetapkan Lukman Rozak dari CNN sebagai peraih Juara I Lomba Karya Jurnalisme TV 2023 lewat tayangannya yang berjudul "Sentuhan Kasih Ibu Pencegah Stunting".
Pemenang kedua adalah Azzy Fardiansyah dari Kompas TV, yang membawakan tayangan berjudul "Manfaatkan Pangan Lokal untuk Cegah Stunting".
Sementara itu, Juara III diraih oleh Stefany Patricia dari MNC TV dengan karyanya yang berjudul "Sorgum, Tanaman Berserat Tinggi Jadi Alternatif Gizi Cegah Stunting".
Selain para pemenang utama, Lomba Jurnalistik Televisi BKKBN juga memberikan penghargaan kepada tiga peraih Juara Harapan.
Baca juga: Kepala BKKBN Apresiasi Pengembangan SDM lewat Pengarusutamaan Keluarga di NTB
Ketiga penerima apresiasi tersebut, yaitu Rayda Pulphy dari Metro TV meraih Juara Harapan dengan tayangan berjudul "Turunkan Stunting Untuk Generasi Emas 2045".
Juara Harapan kedua adalah Muzzakir dari iNews Mataram dengan karyanya yang berjudul "Potret Kader Pendamping Stunting Bertaruh Nyawa".
Terakhir, Muktarom dari TVRI Jateng meraih Juara Harapan dengan tayangan berjudul "Perjuangan Relawan One Day One Egg Lawan Stunting”.
Menurut Ketua Dewan Juri Herik Kurniawan yang juga menjabat sebagai Ketua Umum IJTI, sebanyak 105 tayangan dari berbagai televisi telah melalui proses seleksi yang cermat.
Baca juga: 9 Tayangan Baru yang Hadir di Disney+ Desember 2023
Tahapan seleksi mencakup aspek teknis, kualitas data, sudut pandang, hingga kepatuhan terhadap etika penyiaran.
“Lomba ini, yang diselenggarakan oleh BKKBN bekerja sama dengan IJTI, bertujuan untuk menemukan karya publikasi jurnalisme televisi yang kompeten, berkualitas, dan memenuhi standar tayangan televisi,” ucap Herik.