KOMPAS.com - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr (H.C) dr Hasto Wardoyo, Sp OG (K) mengatakan Tim Pendamping Keluarga ( TPK) merupakan kunci penting dalam penurunan stunting di Indonesia.
TPK, sebut dia, mampu melihat, mengamati, dan mengawal penanganan yang diberikan kepada keluarga berisiko stunting.
"Kalau TPK tidak ada, kita semua kacau,” kata dr Hasto melalui keterangan persnya, Rabu (18/10/2023)
Hal tersebut disampaikan Hasto saat membuka Kelas Tim Pendamping Keluarga yang Handal, berEmpati, dan bersahaBat (TPK Hebat) Seri V Tahun 2023 secara virtual. Acara ini diselenggarakan secara hybrid di Jakarta pada Selasa (17/10/2023).
dr Hasto mengatakan, anggota TPK sulit dicari, sehingga peran mereka memang benar-benar dibutuhkan.
Baca juga: Menkes Targetkan Jumlah Anak Stunting Turun 4 Persen pada Tahun Ini
“Kalau ketua TPPS, Satgas, Kepala BKKBN Provinsi, kemudian Direktur, atau saya sekalipun kepala BKKBN pusat ini tidak ada, maka cepat sekali mudah mencari gantinya. Tapi kalau TPK tidak ada maka luar biasa sulit untuk cari penggantinya," jelas dia.
"Itulah yang memaknai hidup kita, bukan yang menjadi bos, tetapi justru mereka yang paling ada di bawah dan paling dekat dengan masalahnya, dan itulah TPK. Jangan dinomorduakan untuk urusan terkait dengan TPK," imbuhnya.
Menurut dr Hasto, ada tiga tantangan berat dalam percepatan penurunan stunting. Pertama, mengubah mindset keluarga dan masyarakat dalam hal lingkungan yang bersih dan sehat. Kedua, terkait mindset pengasuhan pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
Ia menjelaskan, mindset berikutnya adalah kesehatan reproduksi. Masyarakat tidak harus melengkapi nutrisi yang mahal tapi kurang mengandung omega 3, seperti ikan tuna, ikan salmon, atau daging sapi.
Baca juga: Kunjungi Posyandu di Bali, Wapres Senang karena Tak Ada Kasus Stunting
“Telur dan lele sudah cukup. Karena lele mengandung omega 3 sehingga cukup untuk ibu hamil dan anak-anak. Jadi kalau daging sapi mahal, pilih aja lele. Ingat, produk lokal harus diutamakan jangan mie terus. Ayo kita pakai karbohidrat lokal," ujar dr Hasto.
Sementara itu, Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN dr Irma Ardiana, MAPS dalam laporannya mengatakan, Kelas TPK Hebat Seri V akan fokus beberapa hal, salah satunya pemantauan elsimil terhadap kelompok sasaran, khususnya bumil dan bufas.
“Kita juga akan mendapatkan pembekalan seperti apa teknik KIE yang efektif dan efisien. Agenda rutin kita di setiap TPK hebat selalu ada pembahasan tentang anjuran atau juga penyuluhan untuk gizi seimbang bagi seluruh kelompok sasaran dari pendampingan TPK," kata Irma.
Kemudian, Kelas TPK Hebat Seri V juga akan membahas informasi mengenai kondisi ideal untuk hamil sehat. Materi ini disampaikan oleh Direktur Bina Kesehatan Reproduksi BKKBN Marianus Mau Kuru.
Baca juga: Prevalensi Stunting Turun hingga 8,8 Persen, Begini Strategi TP-PKK Pulau Taliabu Maluku Utara
Dalam penjelasannya, Marianus mengatakan, usia ideal untuk hamil sehat adalah sebagai berikut:
Sementara itu, hadir narasumber dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia, dr Pandu Riono, MPH, PhD menyampaikan materi mengenai cara komunikasi yang sukses.
Menurutnya, komunikasi sukses harus jelas, ringkas, konkret, benar, koheren, lengkap, dan sopan. Semua unsur ini harus ada ketika seseorang ingin menyampaikan informasi yang tidak disalahpahami oleh massa.
Baca juga: Wapres Kunker ke Bali, Hadiri Pertemuan AALCO dan Cek Penanganan Stunting
"Kita harus lakukan penjelasan berulang ulang kali atau kita ubah cara penyampaiannya. Ketika kita berbicara, jangan seperti robot kaku harus ada strukturnya dan perlu sedikit emosi supaya hidup,” kata Pandu.
Adapun materi terakhir disampaikan oleh Founder Gizi Nusantara Esti Nurwanti, SGz, RD, MPH, PhD. Ia menyampaikan materi terkait asupan gizi yang optimal bagi anak-anak.
"Agar (tinggi badan anak) bisa optimal, asupan gizi harus baik, konsumsi kalsium dan vitamin D, olahraga dan aktivitas fisik. Kemudian, makanan untuk menambah berat badan anak, yaitu ada sayuran dan buah buahan, lemak sehat, makanan kaya kalori, daging, telur, karbohidrat, susu, dan produk susu," papar Esti.