KOMPAS.com – Kepala Kelompok Kerja Hubungan Masyarakat Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Wurjanto Didy menilai bahwa para pejuang gambut dan mangrove merupakan pahlawan ekosistem yang harus diapresiasi.
“Mereka (pejuang gambut dan mangrove) harus diapresiasi dan disejahterakan karena memberikan sumbangsih dalam menjaga dan melestarikan ekosistem gambut dan mangrove,” terang Didy, dikutip dari keterangan pers resminya, Rabu (10/11/2021).
Menurut dia, perjuangan pahlawan gambut dan mangrove sama halnya dengan para penyelamat bumi. Sebab, peran mereka sangat penting dalam merestorasi gambut dan rehabilitasi mangrove.
"Sudah sepatutnya pahlawan lingkungan mendapatkan kehidupan yang sejahtera," ujarnya.
Baca juga: BRGM Klaim Rehabilitasi PEN Mangrove Mampu Tingkatkan Penghasilan Masyarakat
Ia menerangkan, sejauh ini, BRGM telah merestorasi lahan gambut seluas 800.000 hektare (ha). Upaya ini diharapkan bisa mencegah terjadinya kebakaran lahan gambut.
Selain itu, tambah Didy, pihaknya juga telah melakukan sejumlah pelatihan pengelolaan lahan tanpa dibakar kepada masyarakat.
“Tahun ini BRGM memberikan bantuan revitalisasi ekonomi sebanyak 244 paket, di antaranya bantuan pengembangan budi daya peternakan, silvofishery, dan pertanian. Sedangkan pemulihan ekonomi nasional (PEN) penanaman mangrove melibatkan 470 program kerja masyarakat (pokmas),” paparnya.
Perlu diketahui, saat ini BRGM terus berupaya meningkatkan kesejahteraan para pahlawan gambut dan mangrove dengan melakukan revitalisasi ekonomi di sejumlah daerah.
Baca juga: Lewat 3R, BRGM Berkomitmen Wujudkan Target Pengurangan GRK Indonesia
Salah satunya adalah di Desa Menang Raya, Kecamatan Pedamaran, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan (Sumsel).
Sekretaris Kelompok Tani (Poktan) Mawar dari Desa Menang Raya bernama Chandra Ariansyah berujar, BRGM memberikan pelatihan pengolahan purun atau tanaman yang tumbuh alami di rawa gambut agar bisa menjadi produk kerajinan bernilai ekonomi tinggi.
Selain tikar, kata Chandra, purun bisa diolah menjadi tas, dompet, tempat tisu dan kerajinan lainnya.
Harganya pun bervariasi, mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 80.000. Semuanya tergantung dari model dan tingkat kesulitan dalam pembuatannya.
Baca juga: Hari Sumpah Pemuda, BRGM Ajak Anak Bangsa Jaga Gambut dan Mangrove
“Semenjak ada pelatihan inovasi modern dari BRGM, masyarakat, terutama ibu-ibu itu ekonominya meningkat,” terang Chandra.
Sementara itu, Beni Setiawan, Bendahara Poktan Sinar Harapan dari Desa Rambai, Pangkalan Lampam, menuturkan bahwa revitalisasi ekonomi yang dilakukan BRGM mampu menciptakan mata pencaharian dan penghasilan baru bagi warga.
BRGM, lanjut dia, telah memberikan berbagai macam pelatihan mengenai tanaman jahe merah, mulai dari cara budi daya, pengolahan produk, hingga teknik pemasaran.
“Dari hasil panen jahe merah di lahan seluas 1,5 ha, kami (Poktan Sinar Harapan) dapat membuat berbagai inovasi produk, mulai dari sirup jahe merah, serbuk jahe merah orisinal, hingga emping jahe merah,” tuturnya.
Baca juga: Hari Pangan Sedunia, BRGM Upayakan Pendekatan 3R untuk Dukung Pangan Berkelanjutan
Bahkan, dia mengaku bahwa Poktan Sinar Harapan berhasil membuat ribuan kemasan produk sirup dan emping jahe merah.
“Berawal dari berita mulut ke mulut, produk kami akhirnya mulai banyak permintaan. Kami mulai dilatih juga untuk memasarkan produk jahe merah lewat media sosial agar permintaan bisa datang dari seluruh Indonesia,” terang Beni.
Menurut dia, olahan dari jahe merah merupakan produk potensial untuk dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia.
“Sebab, banyak masyarakat yang mencari sebagai minuman sehat yang dapat meningkatkan imun selama masa pandemi Covid-19,” ujarnya.
Baca juga: Lestarikan Batik, BRGM Gelar Pelatihan Membuat Pewarna Alam
Merespons pernyataan Beni, Satuan Kerja (Satker) Tugas Pembantuan Restorasi Gambut dari Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Provinsi Sumsel Deni menjelaskan, inovasi dari purun dan jahe merah saat ini mulai ramai dipasarkan.
“Kami berharap ke depannya masyarakat bisa lebih termotivasi untuk mengembangkan diri, mandiri dan sukses. Semoga pasarnya juga bisa berkembang dan tidak hanya di desa saja, tetapi seluruh Indonesia lewat jaringan online,” harap Deni.
Lebih lanjut, selain restorasi gambut, BRGM juga melakukan rehabilitasi mangrove melalui program PEN.
Hasil dari rehabilitasi tersebut dirasakan oleh Kelompok Tani Hutan (KTH) Bahagia Giat Bersama di Desa Simandulang, Kualuh Leidong, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara (Sumut).
Baca juga: Sejumlah Upaya BRGM untuk Restorasi Gambut dan Mangrove di Indonesia
Ketua KTH Bahagia Giat Bersama, Zuwandi mengaku bahwa perekonomian warga dusun sangat terbantu dengan adanya program itu.
Ia berharap bahwa warga bisa terus berpartisipasi memperjuangkan mangrove agar terus tumbuh dan terpelihara.
“Kami juga berharap akan ada pelatihan selanjutnya, seperti pelatihan pemanfaatan buah mangrove, sehingga masyarakat bisa mengolah mangrove itu sendiri dan penebangan liar tidak terjadi,” harap Zuwandi.
Bahkan, sebut dia, KTH Bahagia Giat Bersama telah menggerakkan 74 orang untuk menanam 105 ha mangrove di wilayahnya.
Baca juga: BRGM Targetkan 1,2 Juta Hektare Lahan Gambut Direstorasi pada 2021-2024
“Progresnya sekarang sudah berjalan sekitar 50 persen dan akan terus dipercepat agar target penanaman bisa tercapai,” tuturnya.