Lestarikan Batik, BRGM Gelar Pelatihan Membuat Pewarna Alam

Kompas.com - 02/10/2021, 10:22 WIB
Erlangga Satya Darmawan,
Aditya Mulyawan

Tim Redaksi

Peserta pelatihan dari BRGM yang sedang membuat hasil kerajinanBRGM Peserta pelatihan dari BRGM yang sedang membuat hasil kerajinan

KOMPAS.comBatik merupakan simbol dan warisan budaya Indonesia yang telah mendapatkan pengakuan dari dunia internasional.

Selain itu, berkat nilai dan keunikannya, batik juga terdaftar sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity (warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbenda) di Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO).

Karenanya, sudah sepatutnya masyarakat Indonesia turut menjaga dan melestarikan kain yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit tersebut.

Untuk itu, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) turut berupaya dalam melestarikan kain batik dengan menggelar  pelatihan membuat pewarna alam, baik yang berasal dari limbah mangrove maupun tanaman lain.

Kepala Kelompok Kerja Bidang Hubungan Masyarakat BRGM Didy Wurjanto mengatakan, pelatihan tersebut merupakan kontribusi BRGM dalam melestarikan kearifan lokal sekaligus membantu masyarakat dalam mencari sumber pendapatan tambahan di tengah kondisi pandemi Covid-19.

“Selain itu, kami berharap pelatihan ini dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perlindungan dan upaya restorasi gambut dan mangrove. Sejauh ini, sudah ada sekitar 110 perempuan yang mengikuti pelatihan di beberapa provinsi yang jadi target BRGM,” ujar Didy dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Sabtu (2/10/2021).

Salah satu peserta pelatihan sekaligus Ketua Kelompok Keris Dewa di Desa Pedekik, Bengkalis, Riau, Rita Afriyana mengatakan, pelatihan membuat pewarna alam yang digelar oleh BRGM sangat bermanfaat bagi warga.

Menurutnya, pelatihan tersebut membuat masyarakat bisa menciptakan produk kerajinan, seperti masker, kain batik, tas, hingga pakaian dengan pewarna alami.

“Alhamdulillah, kemarin ada pelatihan. Kami diberi ilmu pembuatan pewarna alam dan praktik untuk pemotifan secara kreatif dengan tangan sendiri atau manual. Besoknya, kami baru diajarkan tentang pembuatan pewarnaan dari bahan mangrove,” ujar Rita.

Rita melanjutkan, warna yang dihasilkan dari pewarna alam sangatlah eksotis. Selain itu, peserta bisa lebih kreatif dalam mengeksplorasi warna yang diinginkan.

“Kelompok kami sudah menghasilkan produk seperti yang sudah diajarkan BRGM kemarin, mulai dari masker, tas, dompet dan batik. Saya juga berinisiatif membuat motif batik dengan pewarna alam untuk ikut program lomba busana batik lokal serta lomba untuk batik nasional perwakilan Bengkalis,” jelasnya.

Tak hanya itu, Rita dan kelompoknya juga sudah memasarkan produk tersebut melalui platform media sosial (medsos).

Dari situ, Rita mengaku banyak konsumen yang tertarik untuk membeli produknya sebagai oleh-oleh.

“Kami sangat beruntung karena program pelatihan pembuatan masker dan membuat pewarna alam yang dilakukan oleh BRGM dapat berpengaruh positif, terutama dalam hal ekonomi,” kata Rita.

Sementara itu, peserta lainnya yang berasal dari kelompok Eco Teratai Sasirangan, Desa Darussalam, Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, Muliana mengatakan, dirinya juga merasakan manfaat seperti yang Rita rasakan.

Menurut perempuan berusia 20 tahun tersebut, pelatihan yang diberikan BRGM membuat warga di daerahnya menjadi semakin produktif.

“Waktu itu, kami membuat masker dengan pewarna alam dari bahan daun-daunan dan akar batang yang ada di sekitar, seperti daun mangga, ketapang, dan kunyit. Bahan tersebut diolah dengan cara dimasak melalui air, kemudian sarinya diambil untuk proses pencelupan. Setelah itu, kami bersihkan dan diamkan untuk kemudian dibuat menjadi masker,” ucap Lia.

Ia menambahkan, dalam proses pengerjaan pembuatan warna, terdapat hal menarik. Salah satunya mengenai hasil warna yang dihasilkan.

“Warna alam yang dihasilkan itu susah ditebak karena tergantung dari beberapa faktor, seperti pH air, bahan yang dipilih, kondisi cuaca, lamanya pengerjaan, dan pencelupan. Kami tidak bisa menebak warna. Misalnya, akar mengkudu. Kalau diambil kan bisa warna merah, tapi begitu selesai diproses malah mendapatkan warna pink,” tutur Lia.

Dalam kelompok pelatihannya, kata Lia, terdapat 25 orang yang terdiri dari generasi muda kreatif dan inovatif.

Lia bangga akan keberadaan kelompoknya lantaran mereka mampu menggerakan ibu-ibu untuk terlibat dalam proses produksi. Berkat itu, warga di desanya kini mempunyai sumber penghasilan baru.

Sebagai perajin yang turut membuat motif dari pewarna alam, Lia ingin membuktikan jika batik kini lebih fashionable dengan motif yang lebih beragam.

“Kalau di sini, batik itu dipakai oleh semua lapisan dari anak-anak sampai dewasa. Dulu kan stigmanya batik untuk orang tua saja dan tidak cocok untuk anak muda karena dinilai tidak modis. Tapi, sekarang batik sudah banyak diminati anak muda karena banyak model yang bisa dikolaborasikan. Jadi, kita harus bangga pakai batik,” ujarnya.

Terkini Lainnya
Kesiapan Guru Jadi Kunci Integrasi Edukasi Mangrove dalam Kurikulum Merdeka di Sumut
Kesiapan Guru Jadi Kunci Integrasi Edukasi Mangrove dalam Kurikulum Merdeka di Sumut
Badan Restorasi Gambut & Mangrove RI
BRGM Raih Medali Perak untuk Kinerja Geospasial dalam Restorasi Ekosistem
BRGM Raih Medali Perak untuk Kinerja Geospasial dalam Restorasi Ekosistem
Badan Restorasi Gambut & Mangrove RI
Kenalkan Anak Muda Rehabilitasi Mangrove, BRGM gelar Youth Mangrove Action
Kenalkan Anak Muda Rehabilitasi Mangrove, BRGM gelar Youth Mangrove Action
Badan Restorasi Gambut & Mangrove RI
"YCFest2024", Anak Muda Bergerak Selamatkan Mangrove dan Gambut di Desa Lukit
Badan Restorasi Gambut & Mangrove RI
Manfaat Rehabilitasi Mangrove untuk Kesejahteraan Masyarakat Lewat Silvofishery 
Manfaat Rehabilitasi Mangrove untuk Kesejahteraan Masyarakat Lewat Silvofishery 
Badan Restorasi Gambut & Mangrove RI
Rehabilitasi Mangrove di Kaltara, Upaya Pemerintah Jaga Pantai dan Bantu Perekonomian Masyarakat
Rehabilitasi Mangrove di Kaltara, Upaya Pemerintah Jaga Pantai dan Bantu Perekonomian Masyarakat
Badan Restorasi Gambut & Mangrove RI
Sinergi Antarsektor, BRGM Gelar Sosialisasi Perencanaan dan Perlindungan Mangrove di Deli Serdang
Sinergi Antarsektor, BRGM Gelar Sosialisasi Perencanaan dan Perlindungan Mangrove di Deli Serdang
Badan Restorasi Gambut & Mangrove RI
Peringati HUT Kemerdekaan Indonesia, BRGM Ajak Masyarakat Jaga Lingkungan dan Kembangkan Ekonomi Hijau
Peringati HUT Kemerdekaan Indonesia, BRGM Ajak Masyarakat Jaga Lingkungan dan Kembangkan Ekonomi Hijau
Badan Restorasi Gambut & Mangrove RI
BRGM: Restorasi Permanen Jadi Solusi Pemulihan Ekosistem Gambut Berkelanjutan
BRGM: Restorasi Permanen Jadi Solusi Pemulihan Ekosistem Gambut Berkelanjutan
Badan Restorasi Gambut & Mangrove RI
Peringati Hari Lahan Basah, BRGM dan Kementerian LHK Tanam Pohon Serentak di 13 Provinsi
Peringati Hari Lahan Basah, BRGM dan Kementerian LHK Tanam Pohon Serentak di 13 Provinsi
Badan Restorasi Gambut & Mangrove RI
BRGM Bantu Cetak Generasi Unggul Melalui Magang Bersertifikat “Sobat Muda Gambut – Mangrove Tahun 2023”
BRGM Bantu Cetak Generasi Unggul Melalui Magang Bersertifikat “Sobat Muda Gambut – Mangrove Tahun 2023”
Badan Restorasi Gambut & Mangrove RI
BRGM Raih Predikat Badan Publik Informatif KIP 2023
BRGM Raih Predikat Badan Publik Informatif KIP 2023
Badan Restorasi Gambut & Mangrove RI
Inovasikan PRIMS, BRGM Raih Penghargaan Bhumandala Kanaka
Inovasikan PRIMS, BRGM Raih Penghargaan Bhumandala Kanaka
Badan Restorasi Gambut & Mangrove RI
10.000 Mangrove Ditanam di Sumut, BRGM Tekankan Pentingnya Partisipasi Masyarakat dalam Pemulihan Lingkungan
10.000 Mangrove Ditanam di Sumut, BRGM Tekankan Pentingnya Partisipasi Masyarakat dalam Pemulihan Lingkungan
Badan Restorasi Gambut & Mangrove RI
Kepala BRGM Hadiri Rakorsus Penanggulangan Karhutla sebagai Upaya Konsolidasi Multipihak
Kepala BRGM Hadiri Rakorsus Penanggulangan Karhutla sebagai Upaya Konsolidasi Multipihak
Badan Restorasi Gambut & Mangrove RI
Bagikan artikel ini melalui
Oke