KOMPAS.com – Pada Jumat (6/11/2020), Robiatul Adawiyah (44) atau yang akrab disapa Robi, menutup warungnya lebih cepat.
Hal tersebut dilakukan karena dia harus pergi ke Rumah Sakit (RS) Bangil, Pasuruan, untuk melakukan cuci darah rutin.
Tak sendiri, keberangkatan Robi diantar oleh suaminya yang bekerja sebagai sales keliling.
Rutinitas tersebut sudah dijalani Robi sejak 2015, tepatnya setelah dirinya divonis mengalami pembengkakan ginjal.
Baca juga: Harus Pasang Alat Pacu Jantung Permanen Senilai Ratusan Juta, Perempuan Ini Andalkan JKN-KIS
Hingga kini, belum diketahui pasti apa penyebab pembengkakan ginjal yang dialami Robi. Namun sebelum itu, dia sempat mengalami pendarahan dan menderita miom.
“Awalnya saya pendarahan, terus periksa dan ultrasonografi (USG) di RS Umum Daerah ( RSUD) dr. Sudarsono, Pasuruan. Ternyata ada miom, tapi bukan di rahim, melainkan di bawahnya dan dekat usus besar,” kata Robi, kepada Kompas.com melalui telepon, Rabu (11/11/2020).
Setelah itu, dia pun mengonsumsi obat untuk membantu penyembuhan. Namun, tidak membawa perubahan apa-apa.
Maka dari itu, pihak RSUD dr. Sudarsono merujuknya ke RSUD Saiful Anwar di Malang. Dokter di sana lah yang memberi tahu Robi bahwa ginjalnya mengalami pembengkakan.
Baca juga: Idap Kanker Kelenjar Getah Bening, Ibu asal Pangandaran Ini Manfaatkan JKN-KIS
“Dokter bilang miom enggak ngaruh ke ginjal. Namun dokter lain bilang sebaliknya. Saya sampai lemas bolak-balik poli buat cek. Setelah itu dipasang alat penopang ginjal dan karena enggak ada hasil, harus cuci darah,” kata perempuan yang tinggal di Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan tersebut.
Robi mengaku, saat mendengar anjuran dokter untuk menjalani cuci darah, dirinya sedih dan takut. Sebab, cuci darah harus dilakukan seumur hidup. Perasaan tersebut pun membuat kondisi Robi drop.
Untungnya, suami Robi selalu menyemangati dan menasihatinya untuk mengambil satu-satunya cara sembuh tersebut.
Akhirnya, Robi pun mengumpulkan keberanian dan nekat melakukan cimino pemasangan double lumen agar bisa menjalani cuci darah pertamanya di RSUD Saiful Anwar.
Baca juga: Khawatir Osteoarthesis Istri Tak Kunjung Sembuh, Pria Ini Manfaatkan JKN-KIS
Selama tujuh bulan, Robi rela harus naik bus dan angkutan umum untuk menuju RSUD Saiful Anwar.
Syukur, setelah itu Robi dirujuk ke RS Bangil yang lokasinya lebih dekat. Dia sana dia menjalani cuci darah setiap Jumat.
Robi mengatakan, pada awal melakukan cuci darah, tubuhnya masih sering merasa lemas, mudah sakit, dan imunnya tidak kuat. Namun setelah lima tahun menjalaninya, tubuhnya sudah terbiasa dan terasa sehat.
“Wong kepengen sembuh, harus dijalani, harus semangat demi anak-anak,” kata ibu dua anak tersebut.
Baca juga: Benjolan di Payudara Perempuan Ini Harus Dioperasi, Untung Ada JKN-KIS
Setelah lama menjalani pengobatan, Robi mengatakan, USG pada 2017 menunjukkan bahwa miomnya sudah mengecil, dan semua hasil pengecekan laboratorium baik.
Robi mengatakan, sejak awal menjalani pengobatan miom hingga cuci darah, dia tidak mengeluarkan biaya sepeser pun.
Hal tersebut karena dirinya terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) kelas III.
“Alhamdulilah ada JKN-KIS yang selalu menopang biaya rs dan obat-obatan. Sekarang kan apa-apa mahal, kalau tanpa JKN-KIS mungkin saya keberatan. Katanya biaya satu kali cuci darah Rp 1,6 juta,” kata Robi.
Rasa syukur Robi kian bertambah ketika pemerintah menanggung biaya kepesertaan JKN-KIS keluarganya.
Baca juga: Pembuluh Jantung Tersumbat, Ibu Ini Jalani Kateterisasi dengan JKN-KIS
“Penghasilan saya tidak pasti. Karena ada Covid-19 dan banyak saingan, enggak sampai Rp 100.000 per hari. Suami juga begitu, tergantung penjualannya. Rata-rata Rp 2 juta per bulan. Sekarang JKN-KIS sekeluarga dibayarin pemerintah,” kata Robi.
Sebagai informasi, Robi terdaftar sebagai penerima bantuan iuran (PBI) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Bantuan ini merupakan jaminan kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu.