KOMPAS.com - Tahun 2018-2019 menjadi waktu yang cukup berat bagi Radiyo WS (70). Pasalnya, ia didiagnosis terkena prostat dan asam lambung yang membuatnya harus bolak-balik masuk rumah sakit ( rs).
“Awalnya saya terkena vertigo tahun 2018 terus selang setahun muncul gejala prostat. Efek dari obat-obatan pasca operasi prostat ini buat asam lambung saya jadi ikut kena,” ujarnya, saat diwawancarai Kompas.com via telepon, Jumat (25/9/2020).
Bapak tiga anak ini menjelaskan bagaimana bisa terkena prostat. Awalnya ia merasakan hal aneh ketika hendak buang air kecil.
“Setelah itu, saya memutuskan untuk menelepon saudara yang punya pengalaman tentang penyakit dalam. Saudara saya bilang kalau itu gejala prostat,” kata Radiyo yang sehari-hari bekerja di perusahaan optik.
Baca juga: Penderita Gagal Ginjal Ini Gratis Cuci Darah Dua Kali Seminggu berkat Jaminan BPJS Kesehatan
Usai itu, ia memutuskan periksa ke dokter perorangan menggunakan Jaminan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS) Kesehatan.
Radiyo pun tercengang bukan kepalang mengetahui hasil pemeriksaan, dikarenakan prostat yang ia derita sudah mengalami pelebaran hingga 40 centimeter (cm).
“Ya, keluarga kaget terutama anak-anak karena saya tidak ada riwayat penyakit apapun sebelumnya,” kata dia.
Dari rujukan pihak Fasilitas Kesehatan (Faskes) Tingkat Pertama (FKTP) Radiyo segera menjalani operasi di RS Tidar Kota Magelang.
Baca juga: Hoaks, Peserta BPJS Kesehatan Gratis Diblokir karena Punya Motor Lebih dari Satu
Untungnya keinginan sembuh Radiyo lebih kuat dari penyakitnya. Hal ini terbukti dari pemulihan yang cepat pasca operasi.
“Setelah operasi saya tidak ada efek samping, selang satu minggu saya ambil hasil tes di anatomi patologi ternyata hasilnya membaik sampai sekarang,” ungkap Radiyo.
Dengan penghasilan di bawah Rp 5 juta per bulan, Radiyo merasa sangat terbantu BPJS Kesehatan. Sebab semua penyakit yang ia dan keluarganya keluhkan telah di-cover badan hukum publik ini.
“Misal tidak ikut BPJS Kesehatan biaya operasi saya itu mahal, di atas Rp 8 juta, belum obatnya sekitar Rp 500.000 setiap kali kontrol. Sampai detik ini saya bersyukur itu di-cover BPJS Kesehatan, saya sangat salut,” katanya.
Baca juga: Kisah Prajurit TNI Kumpulkan Uang Bantu Perawatan Bayi yang Tak Punya BPJS
Namun sayang, dua bulan kemudian Radiyo terkena asam lambung akibat efek samping obat-obatan pendamping yang harus dikonsumsi pascaoperasi. Akhirnya ia harus dirawat inap selama dua hari.
Sebelum terkena prostat pada 2018 dan asam lambung, Radiyo sempat mengalami vertigo. Saat itu, ia merasakan pusing yang begitu hebat sampai tak kuasa menahan berat tubuhnya.
Keluarganya pun melarikan Radiyo ke Unit Gawat Darurat (UGD). Berdasarkan hasil observasi, ia harus menjalani rawat inap selama tiga hari di RS Tidar.
“Waktu itu menunggu salat subuh tiba-tiba kok berputar di sekeliling saya. Rasanya benar-benar luar biasa pusingnya bahkan sampai mual, sampai di RS itu lihat tembok masih muter,” kenangnya.
Baca juga: 7 Pegawai BPJS Kesehatan Jember dan Lumajang Positif Corona
Setelah dinyatakan sembuh, ia akhirnya pulang dan menjalani aktivitas seperti biasa, meski selang satu tahun kemudian, Radiyo terkena penyakit prostat.
Puas dengan layanan BPJS Kesehatan
Sebelumnya, Radiyo lebih dulu mengenal PT. Askes (Persero) hingga akhirnya berubah menjadi BPJS Kesehatan.
Ia pun mendapatkan jaminan kesehatan melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)-Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Menurut Radiyo, prosedur penggunaan BPJS Kesehatan lebih mudah dan cepat. Hal ini terbukti dari sejak masuk rs sampai keluar semuanya dirasa lancar.
“Jadi pada waktu masuk rs langsung ditangani, saya turut acungi jempol pada tugas mereka. Administrasi urusan belakangan yang terpenting penanganan pertama pada pasien,” ujarnya.
Baca juga: Ini 4 Keringanan soal Iuran BPJS Ketenagakerjaan untuk Para Pengusaha
Selama menerima manfaat BPJS Kesehatan secara langsung, Radiyo sangat mengapresiasi layanan tersebut dan mengaku sangat puas.
“Saya sangat puas, alhamdulillah sekali menggunakan BPJS Kesehatan lebih memudahkan kami berobat ketika sakit dengan pelayanan tepat. Tapi tetap, saya mintanya sehat terus tidak ingin sakit lagi,” imbuhnya dengan mantap.
Tahun 2016, istri Radiyo pun pernah menggunakan BPJS Kesehatan untuk bedah tulang dan semuanya di-cover BPJS Kesehatan.
“Habis umrah dulu kaki istri bermasalah dan akhirnya bedah tulang di RS Tidar. Saya ingat betul biaya operasinya itu Rp 10.630.000,” kenangnya.