KOMPAS.com - Pembangunan infrastruktur gas bumi menjadi kunci untuk keberhasilan hilirisasi sektor energi ini. Tanpa infrastruktur memadai, gas bumi yang melimpah di Indonesia tidak akan bisa disalurkan dengan efisien ke seluruh wilayah, terutama ke sektor industri yang membutuhkan pasokan energi stabil dan terjangkau.
Direktur Pembinaan Program Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Mirza Mahendra menjelaskan bahwa salah satu tantangan terbesar dalam hilirisasi gas bumi adalah meningkatkan konsumsi gas untuk pembangkit listrik, industri komersial, dan rumah tangga.
“Terkait dengan peningkatan hilirisasi, kami memastikan bahwa pasokan gas bumi tetap aman. Mengenai harga gas bumi tertentu (HGBT), kami akan terus mengikuti peraturan yang berlaku,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (16/12/2024).
Baca juga: Perta-Samtan dan LPG Plant Gresik Jadi Ujung Tombak Pertamina Gas Tingkatkan Produksi LPG
Pernyataan tersebut disampaikan Mirza dalam Diskusi Panel Gas Bumi dengan topik Integrasi Pengembangan Gas Bumi dan Industri Hilirisasi dalam Rangka Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi, di Jakarta, Kamis (12/12/2024). Diskusi ini merupakan bagian dari acara Hilir Migas Conference & Expo serta BPH Migas Award Tahun 2024.
Dengan adanya dukungan yang terus diberikan terhadap hilirisasi industri gas bumi, ia berharap, Indonesia dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil dan berkelanjutan.
Selain itu, kata Mirza, hilirisasi tersebut juga membuka peluang baru dalam sektor industri gas bumi.
Baca juga: Dampak PPN dan UMP 2025 pada Penjualan Lahan Industri: Tantangan dan Peluang
Menurutnya, untuk memenuhi kebutuhan gas, akan dilakukan optimalisasi dengan memanfaatkan jaringan yang sudah ada dan menginterkoneksikannya, sehingga dapat menciptakan peluang-peluang baru di sektor industri gas bumi.
Di sisi lain, Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Wahyudi Anas mengatakan bahwa untuk mendongkrak penyerapan gas bumi ke dalam negeri, diperlukan akselerasi ketersediaan produksi gas hulu, baik melalui sumber gas pipa langsung maupun moda liquefied natural gas (LNG).
“Oleh karena itu, produksi gas tersebut harus dapat diintegrasikan dengan BPH Migas sebagai integrator dalam penyediaan fasilitas infrastruktur dan untuk memenuhi target hilirisasi yang dibutuhkan oleh sektor industri sebagai konsumen utama,” ucapnya.ah
Pada kesempatan yang sama, Direktur Infrastruktur dan Teknologi PT Perusahaan Gas Negara Tbk ( PGN) Harry Budi Sidharta menekankan pentingnya jaringan pipa gas yang solid sebagai infrastruktur utama untuk memastikan distribusi gas yang efektif.
Sebagai salah satu perusahaan utama dalam distribusi gas bumi, kata dia, PGN telah mengembangkan jaringan pipa yang sebagian besar tersebar di Pulau Sumatera dan Jawa.
“Dengan infrastruktur ini, PGN dapat menjamin pasokan gas yang efisien ke sektor industri, yang sangat bergantung pada gas bumi dalam proses produksinya,” imbuh Harry.
Baca juga: Pentingnya Infrastruktur Jaringan Gas untuk Dukung Potensi Gas Bumi Indonesia
Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Perusahaan Gas Bumi Indonesia (IPGI) Eddy Asmanto juga mendorong agar pemanfaatan jaringan pipa gas bumi yang telah dibangun dapat dioptimalkan.
Menurutnya, saat ini jaringan pipa gas bumi telah melintasi berbagai wilayah di Indonesia, dan penting untuk terus meningkatkan pemanfaatannya.
"Perlu ada upaya untuk meningkatkan kinerja dan efisiensi sistem distribusi gas bumi, baik di wilayah yang surplus maupun yang mengalami defisit gas," jelas Eddy.