KOMPAS.com - Didah (45), warga Situ Awi Kelurahan Karang Tengah, Kecamatan Gunung Puyuh, Kota Sukabumi, mengidap darah tinggi dan pembengkakan jantung.
Awalnya, dia merasa dadanya sesak dan terdapat rasa terbakar yang menjalar ke pundak.
Didah pun berobat ke puskesmas setempat. Oleh dokter di sana, dia dirujuk ke Rumah Sakit (RS) Islam Assyifa Sukabumi.
Saat itu, Didah mengaku, dia dan keluarganya tidak mengkhawatirkan biaya berobat. Sebab, dia telah menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).
Baca juga: Jalani Cuci Darah, Pria Ini Manfaatkan JKN-KIS
“Saya sudah lama menjadi peserta JKN-KIS, mulai dari dulu Jaminan Sosial Masyarakat (Jamkesmas) sampai sekarang berubah,” kata Didah, Jumat (30/10/2020), seperti dalam keterangan tertulisnya.
Menurut Didah, JKN-KIS membantu dan membuka kesempatan untuk memperoleh akses pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.
“Saya sekeluarga tidak meragukan manfaat dari JKN-KIS, karena berobat di puskesmas atau rs tidak mengeluarkan biaya sepeser pun. Alhamdulilah pelayanan di puskesmas sampai rs besar juga bagus. Petugasnya cepat dan tanggap melayani,” ungkap Didah.
Perempuan yang sehari-hari mengurus rumah tangga dan aktif menjadi kader Posyandu itu pun berharap, pelaksanaan program JKN-KIS selalu bertambah baik dan lebih banyak masyarakat yang terdaftar.
Baca juga: Harus Pasang Alat Pacu Jantung Permanen Senilai Ratusan Juta, Perempuan Ini Andalkan JKN-KIS
Lebih lanjut, ia menyatakan agar semua pihak, termasuk peserta mendukung program JKN-KIS. Adapun dukungan yang dapat diberi peserta adalah membayar iuran rutin tepat waktu untuk menghindari status tidak aktif saat berobat.
Didah yakin, peserta JKN-KIS mempunyai niat tulus untuk membantu berbuat kebaikan, selalu mengedepankan semangat gotong royong, dan bahu membahu menyukseskan pelaksanaan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia.