KOMPAS.com - Perpustakaan Nasional ( Perpusnas) mendukung kegiatan Wisata Literasi Nasional yang digagas Forum Indonesia Menulis (FIM), Duta Baca Indonesia, dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat ( Kalbar).
Adapun tujuan dari kegiatan itu adalah mewujudkan Kalbar sebagai provinsi literasi Indonesia.
Tak hanya itu, kegiatan Wisata Literasi Nasional juga punya andil dalam membangun kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan literasi.
Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando menyatakan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten adalah kunci dalam pembangunan suatu pemerintahan.
“Tidak ada suatu pemerintahan di dunia ini yang gagal membangun negaranya disebabkan sumber daya alamnya terbatas. Tetapi umumnya, negara di dunia ini gagal membangun karena SDM-nya terbatas,” ujar Syarif melalui pernyataan tertulis, Minggu (8/9/2019).
Baca juga: MRT Jakarta Siapkan Perpustakaan di Stasiun, Penumpang Bisa Baca Buku Gratis
Transfer ilmu pengetahuan, lanjutnya, dari teori dan praktik hanya bisa dilakukan melalui membaca.
"Oleh karena itu, kepedulian kepala daerah kepada perpustakaan dan literasi akan berdampak pada terwujudnya masyarakat yang cerdas dan sejahtera," jelas Syarif.
Menurut Syarif, kendala dalam dunia literasi adalah ketersediaan bahan bacaan. Karenanya, Syarif mengapresiasi FIM yang meluncurkan 1.000 buku hasil karya penulis di Kalbar.
“Jika Anda tidak pernah membaca, mustahil Anda pernah menulis. Karena itu saya ingin mengapresiasi dan terus bekerjasama dengan FIM yang dimulai dari Kalbar,” jelasnya.
Di sisi lain, Gubernur Kalbar Sutarmidji menyatakan membangun SDM tidak kalah pentingnya dibandingkan membangun sektor lain.
“Saya jika disuruh memilih lebih banyak SDA atau SDM, saya akan pilih SDM yang banyak, SDA bisa habis kalau tidak dikelola dengan baik. Kalau kita punya SDM yang andal, itu akan menguasai apapun,” tuturnya.
Sutarmidji pun mengaku dirinya berupaya membaca satu buku dalam sehari.
Dia juga terbiasa membekali diri dengan membaca sebelum berbicara di depan umum, agar menambah wawasan dan informasi.
Baca juga: Agar Naskah Kuno Lestari, Paradigma Perpustakaan Harus Bertransformasi
“Ketika saya menyampaikan sesuatu, saya harus baca literaturnya apa dulu sehingga saya nyambung ketika bicara apapaun. Mau bicara teknik, oke, bicara masalah ekonomi ayo, bicara politik, karena saya selalu melengkapi diri dengan literatur-literatur yang menjadi sumber,” katanya.
Selanjutnya, Pemerintah Provinsi Kalbar akan membuat program untuk menarik minat membaca masyarakat. Program ini berupa perpustakaan atau rumah baca di setiap desa.
Program itu digelar agar desa di Kalbar memenuhi indikator desa mandiri.
Sutardmiji menilai, jika mengandalkan dana desa, dibutuhkan waktu puluhan tahun untuk mengubah desa tertinggal menjadi desa mandiri.
Baca juga: Program 1 Emas, 1 Perpustakaan, Ketika Olah Raga Berdampak pada Pendidikan
“Perlu terobosan untuk membuatnya, salah satunya lewat perpustakaan atau rumah baca. Bangun rumah baca enggak mahal, cukup Rp 50 juta,” urainya.
Ia menyarankan, rumah baca juga bisa disandingkan dengan Balai Desa. Pasalnya di sana ada perpustakaan desa, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan posyandu.
Sementara itu, Duta Baca Indonesia Najwa Shihab menilai keluarga merupakan kunci dalam membangun kegemaran membaca.
Najwa meminta, orangtua mendorong minat baca anak lewat keteladanan atau contoh nyata.
“Saya beruntung lahir di keluarga yang cinta ilmu, di rumah penuh dengan buku dan ketika keluar rumah selalu membeli buku. Saya dan kakak adik saya sudah jatuh cinta kepada buku sebelum bisa membaca karena tiap malam kami dibacakan dongeng oleh ibu,” jelasnya saat menjadi narasumber talkshow.
Baca juga: Berkunjung ke Perpustakaan Erasmus Huis yang Instagramable
Ia menilai keterampilan membaca harus dilatih setiap harinya. Najwa juga mendorong para peserta untuk membaca aktif. Hal ini berbeda dengan aktif membaca.
“Kalau membaca aktif, sejak awal kita melihat identitas penulis, cover buku, kita akan berusaha menyelami karakter di buku itu, plot ceritanya sehingga kita mengidentikasi karakter yang ada di dalam buku,” katanya. (Hanna Meinita/ PERPUSNAS)